Tugusatu.com, MALANG—Perlu dipetimbangkan penggunaan paradigma Nusantarisasi untuk menghadapi tantangan global serta keluar dari kungkungan paradigma kolonial.
Guru Besar Sosiologi Universiti Sains Malaysia, Prof. Mohammad Reevany Bustami, mengatakan Nusantarisasi kunci melepaskan diri dari pengaruh paradigma kolonial. Nusantarisasi sangat penting. Termasuk bagi para ilmuwan sosiologi untuk mentransformasi ilmu sosial Nusantara yang berbasis diri.
“Masyarakat akan bisa menggunakan potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia untuk melihat dan memahami dunia dengan sudut pandang dan konstruksi berpikir sendiri,” ujarnya dalam Kuliah Tamu Internasional Prodi Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Selasa (14/5/2024).
Dengan demikian, kata dia, orang bisa menggunakan pikiran, bahasa, kebijaksanaan, dan warisan budaya untuk memahami realitas yang ada dengan lebih baik.
Selain itu juga untuk menemukan solusi atas masalah yang dihadapi sambil tetap berhubungan harmonis dengan dunia di sekitar kita tanpa terjebak dalam pandangan penjajah
Dia menjelaskan, konsep nusantarisasi bukan hanya wacana, tapi juga merupakan panggilan untuk memperkokoh identitas dan kekuatan kolektif bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan global.
Dengan melepaskan diri dari pengaruh kolonial, Indonesia dapat menggali potensi yang ada dan membangun pemahaman serta solusi yang autentik sesuai dengan realitas dan nilai-nilai lokal. Ini juga sebagai cara menjaga harmoni dengan lingkungan sekitar.
Sementara itu, Wakil Dekan I FISIP UMM, Najamuddin Khairur Rijal, menekankan dukungan penuh akan kegiatan serupa. Hal itu tak lepas dari upaya peningkatan pemahaman dan wawasan mahasiswa akan nusantarisasi dalam konteks ilmu sosial.
“UMM memang selalu menyediakan berbagai pilihan dan cara untuk menambah wawasan baru para mahasiswa. Maka, jangan sampai saudara menyia-nyiakan potensi dan kesempatan yang ada. Ikuti seminar dan konferensi kemudian tingkatkan pengetahuan lewat agenda-agenda tersebut. Sehingga ketika nanti turun ke masyarakat, saudara bisa memberikan solusi inovatif akan masalah-masalah yang dihadapi masyarakat,” tegasnya.
Ketua Prodi Sosiologi UMM, Luluk Dwi Kumalasari, berharap Nusantarisasi bisa menjadi landasan para anak muda untuk menemukan solusi. Jadi, tidak terkungkung dan terjebah di paradigma kolonial.