Majelis Mata Hati Awas Hadirkan Cara Pandang Baru Kehidupan

Majelis Taklim wa Halaqah Istigasah al Qudsiyah Walisongo. Foto: ist
Majelis Taklim wa Halaqah Istigasah al Qudsiyah Walisongo. Foto: ist

Aris Krisdian, Pengasuh Majelis Taklim wa Halaqah Istigasah al Qudsiyah Walisongo

Di tengah arus kehidupan modern yang semakin bising dan menyesakkan, manusia kerap kehilangan kejernihan nurani dan keteduhan batin. Dalam kondisi demikian, dibutuhkan ruang hening untuk kembali menyapa jiwa, menata pandangan batin, serta menyegarkan iman melalui zikir dan ilmu. Dari kesadaran inilah Majelis MATA HATI AWAS lahir sebagai wadah spiritual yang berikhtiar menyalakan kembali cahaya ilahi di tengah kegelapan.

Nama MATA HATI mengandung makna yang dalam. Ia melambangkan kejernihan basirah, penglihatan batin yang mampu menembus tabir lahiriah dan menangkap hakikat kebenaran dengan nur iman.

Dalam tradisi tasawuf, hal ini berkaitan erat dengan tazkiyatun nafs, proses penyucian jiwa agar hati menjadi bening bagaikan cermin yang memantulkan cahaya hidayah.

Melalui majelis taklim dan halaqah istigasah, jemaah diajak untuk membuka “mata hati”-nya, memandang kehidupan bukan sekadar dengan logika dan pancaindra. Tetapi dengan kepekaan rohani yang berlandaskan iman dan zikir.

Sementara itu, kata AWAS menegaskan makna kewaspadaan spiritual. Ia mengingatkan setiap insan untuk senantiasa muraqabah, merasa diawasi oleh Allah, waspada terhadap godaan dunia, tipu daya hawa nafsu, serta bisikan syetan. Dari kewaspadaan, lahir ketenangan; dari kesadaran akan pengawasan Allah, tumbuhlah kemurnian amal dan keikhlasan hati.

Gabungan kedua makna ini membentuk pesan yang utuh dan mendalam. MATA HATI AWAS adalah majelis yang menumbuhkan kejernihan batin dan kewaspadaan spiritual dalam menapaki jalan para wali, meneladani jejak suci Walisongo.

Melalui sinergi zikir, taklim, dan pengabdian, majelis ini berkomitmen membimbing jemaah untuk hidup dalam keseimbangan antara ilmu dan amal, antara pengetahuan dan penghayatan. Dalam setiap pertemuan, diharapkan lahir pribadi-pribadi yang tenang jiwanya, bersih hatinya, dan teguh imannya.

Semoga dari majelis ini terpancar cahaya yang menyejukkan hati dan menjernihkan jiwa, sebagaimana doa dan cita yang terpatri dalam semboyannya: “Menyejukkan Hati, Menjernihkan Jiwa.”

Penulis: Aris KrisdianEditor: Bagus Suryo