Anugerah Sabda Budaya 2025, FIB UB Apresiasi Tiga Seniman Berdampak di Bidang Seni dan Budaya

Anugerah sabda budaya
Rektor Universitas Brawijaya, Prof. Widodo saat sambutan di Anugerah Sabda Budaya 2025. Foto: Tugusatu/Dafa Wahyu Pratama

Tugusatu.com- Tiga seniman menerima penghargaan Anugerah Sabda Budaya (ASB) 2025 dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya (FIB UB) pada Rabu (3/12/2025). Penganugerahan ini menjadi puncak dari rangkaian Dies Natalis ke-16 FIB UB yang mengusung tema “Samadya Danasmara Manunggal Rasa”.

Koordinator ASB sekaligus Ketua Tim Kurator, Yohanes Padmo Adi Nugroho, menjelaskan bahwa penghargaan ini merupakan bentuk apresiasi dan upaya mengangkat karya seniman dan budayawan Indonesia.

“Para penerima penghargaan telah menciptakan karya seni yang menginspirasi di bidangnya masing-masing. Kami mencari seniman yang tidak hanya unggul secara artistik, tetapi juga memiliki dampak, baik bagi masyarakat maupun dalam kolaborasi dengan FIB,” kata Padmo.

Padmo menegaskan proses pemilihan penerima penghargaan berlangsung lama dan ketat. Nama-nama nominator telah masuk dalam daftar sejak tahun-tahun sebelumnya.

“Nominatornya cukup banyak, setiap kategori ada sekitar sepuluh nama, dan tiap tahun bertambah. Indikator penilaiannya sesuai moto FIB: unggul dan berdampak. Para penerima anugerah tahun ini adalah mereka yang telah lama berkarya dan bekerja sama dengan kami,” jelasnya.

Pada ASB 2025, tiga kategori utama dianugerahkan kepada para seniman yang dinilai memiliki kontribusi besar dalam bidangnya. Untuk bidang sastra, penghargaan diberikan kepada Tengsu Cahyono, seorang penyair, sastrawan, dan cerpenis yang dikenal melalui temuan genre pentigraf.

Di bidang seni tradisi (tari), penghargaan jatuh kepada Winarto Ekram, pelestari sekaligus inovator tari yang telah mengembangkan berbagai genre baru mulai dari drama tari, sindra tari, hingga teater tari, serta mendirikan sekolah tari.

Sementara itu, untuk bidang seni rupa, anugerah diberikan kepada Dadan Rukmana, perupa yang dikenal memiliki teknik dan metode berkarya yang khas serta memberikan pengaruh kuat dalam perkembangan seni rupa di Indonesia.

Dekan FIB UB, Sahiruddin, S.S., M.A., Ph.D., berharap penyelenggaraan ASB tahun ini dapat menjadi inspirasi dan memperkuat peran kebudayaan baik di tingkat nasional maupun global. Ia menekankan bahwa tema Dies Natalis yang mengangkat kesederhanaan justru menjadi pengingat untuk menyatukan rasa dan memperkuat sinergi.

“FIB harus unggul dan berdampak. Inovasi adalah tantangan kami, dan memberikan dampak adalah tujuan yang harus diwujudkan,” tegasnya.

Sahiruddin juga memaparkan sejumlah capaian FIB sepanjang 2025, terutama dalam pengembangan digital humanities dan cultural industry. FIB UB mendapat amanah untuk berperan aktif dalam pengembangan industri berbasis budaya.

“FIB UB kini menjadi agen soft diplomacy budaya Indonesia, antara lain melalui pendirian Rumah Budaya Indonesia di Tianjin Foreign Studies University dan Guangxi Normal University di Tiongkok,” katanya.

Rektor Universitas Brawijaya, Prof. Widodo, S.Si., M.Si., Ph.D.Med.Sc, menyampaikan bahwa ajang ASB mencerminkan komitmen universitas dan FIB UB dalam memperkuat ekosistem budaya. Ia menyebut, karya budaya merupakan refleksi cipta dan rasa bangsa Indonesia dalam memahami kehidupan dan lingkungan.

“Nilai-nilai budaya adalah upaya kita memahami lingkungan dan kehidupan. Pemahaman adi luhung inilah yang menjadi kekuatan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan diplomasi Indonesia di kancah global,” ujarnya.