Kementan Perkuat Teknologi Smart Farming Sebagai Kunci Masa Depan Ketahanan Pangan Indonesia

Panen buah melon hasil penerapan teknologi low cost smart farming di BBPP Ketindan, Malang, Jumat (21/2). Foto: Tugusatu/Bagus Suryo
Panen buah melon hasil penerapan teknologi low cost smart farming di BBPP Ketindan, Malang, Jumat (21/2). Foto: Tugusatu/Bagus Suryo

Tugusatu.com- Kementerian Pertanian memperkuat penerapan teknologi low cost smart farming sejalan dengan pendirian Inkubator Agribisnis. Teknologi canggih yang bisa diakses oleh petani dari berbagai lapisan itu, salah satunya berada di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan, Malang, Jawa Timur.

Smart farming memungkinkan petani untuk mengelola lahan secara lebih presisi, meningkatkan hasil panen, serta mengurangi dampak perubahan iklim,” tegas Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman dalam keterangan tertulis yang disampaikan BBPP Ketindan, Jumat (21/2).

Amran menjelaskan transformasi pertanian berbasis teknologi menjadi prioritas utama dalam mendukung ketahanan pangan nasional.

Dengan penerapan teknologi ini, lanjutnya, Indonesia bisa memastikan produksi pangan yang lebih stabil dan berdaya saing.

Smart farming sebagai bentuk transformasi dan upaya lembaga pelatihan dalam menghasilkan regenerasi petani-petani muda terampil di bidang pertanian yang memiliki semangat wirausaha atau socioagripreneur,” katanya.

Amran mengatakan dalam menghadapi tantangan global, pemerintah terus mengoptimalkan penerapan teknologi smart farming guna meningkatkan produktivitas pertanian dan efisiensi sumber daya untuk ketahanan pangan.

Dengan mengintegrasikan teknologi digital dalam proses pertanian, Indonesia berupaya mewujudkan sistem pangan yang lebih tangguh dan berkelanjutan.

Terkait hal itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti membuka secara langsung pelatihan Short Term Low Cost Smart Farming.

Di waktu yang sama, ia menutup pelatihan formulator pangan (ruminasia) bagi Napiter, yang dihadiri oleh 350 peserta di Aula Mahkota Dewa BBPP Ketindan, Jumat (21/2).

“Sudah saatnya petani Indonesia maju di bidang pertanian melalui adopsi teknologi melalui smart farming yang mengedepankan teknologi pertanian yang dapat mempermudah kegiatan usaha tani,” terang Arsanti.

Dengan penerapan teknologi cerdas dalam pertanian, kata Santi, diharapkan para petani dapat mengoptimalkan hasil panen. Termasuk mengurangi kerugian akibat faktor cuaca, serta memanfaatkan sumber daya alam secara lebih efisien.

Arsanti menambahkan, dengan pendekatan low-cost smart farming, petani dapat memanfaatkan teknologi modern tanpa perlu khawatir dengan biaya yang tinggi sehingga membantu meningkatkan efisiensi, mengurangi kerugian, dan pada akhirnya berkontribusi pada pencapaian ketahanan pangan dan swasembada pangan yang lebih baik.

Penerapan smart farming tidak hanya mencakup teknologi canggih seperti Internet of Things (IoT) dan kecerdasan buatan (AI), tetapi juga teknologi yang lebih sederhana dan biaya yang bisa ditekan, seperti sistem pemantauan berbasis sensor dan sistem kontrol nutrisi otomatis.

Salah satu implementasi yang sukses dijalankan saat ini adalah Smart Greenhouse yang dikembangkan di BBPP Ketindan dengan menggunakan sistem low-cost smart farming untuk meningkatkan produksi hortikultura.

Dalam rangka mendukung keberlanjutan inovasi ini, BBPP Ketindan juga meresmikan pusat layanan Inkubator Agribisnis sebagai bentuk transformasi dan upaya regenerasi petani muda yang memiliki semangat wirausaha atau socioagripreneur.

Inkubator agribisnis ini bertujuan untuk mencetak wirausahawan agribisnis yang mampu menjadi pelopor dan penggerak pembangunan pertanian di wilayahnya.

Program ini memberikan layanan konsultasi dan fasilitasi pembelajaran usaha bagi petani serta pelaku usaha yang membutuhkan pendampingan dalam mengembangkan bisnis pertanian.

Penulis: BBPP KetindanEditor: Bagus Suryo