Topeng Jaranan Bantengan Atraktif dalam Festival Kampung Budaya Polowijen ke-8

Festival Kampung Budaya Polowijen #8, Sabtu (26/4/2025). Pelaku seni berkumpul mengusung spirit kebersamaan dalam Gejug Gongseng #2 memperingati Hari Tari Sedunia bertema Topengan Jaranan Bantengan Polowijen Seduluran. Foto: Dok Kampung Budaya Polowijen
Festival Kampung Budaya Polowijen #8, Sabtu (26/4/2025). Pelaku seni berkumpul mengusung spirit kebersamaan dalam Gejug Gongseng #2 memperingati Hari Tari Sedunia bertema Topengan Jaranan Bantengan Polowijen Seduluran. Foto: Dok Kampung Budaya Polowijen

Tugusatu.com- Saat hari masih pagi, para pelaku seni topeng malang tertib menuju Makam Mbah Tjondro Suwono (Mbah Reni) Mpu Topeng Malang di Kampung Budaya Polowijen, Kota Malang, Jawa Timur.

Mereka melakukan arak-arakan topeng malang untuk memulai Festival Kampung Budaya Polowijen #8 dengan tagline Sewindu Nyabrang KBP.

Arak-arakan diikuti peserta lomba tari topeng dan performer Gejug Gongseng beserta ibu-ibu perempuan berkebaya, kelompok jaranan bantengan, dan warga.

Pelaku seni nyekar atau nyadran di makam Mbah Reni.
Pelaku seni nyekar atau nyadran di makam Mbah Reni.

Adapun Ki Lelono dan Ki Demang memandu ritual secara khidmat menyatu dalam doa.

“Hari Tari Sedunia menjadi momentum menyatukan Topeng Jaranan Bantengan Polowijen,” tegas Penggagas Kampung Budaya Polowijen Isa Wahyudi akrab disapa Ki Demang.

Ki Demang menjelaskan arak-arakan topeng malang memiliki makna mendalam untuk menghormati para leluhur sebagai penemu dan pencetus topeng malang. Itu sebabnya setiap kegiatan berkesenian topeng di Kampung Budaya Polowijen selalu ada ritual arak-arakan dan nyekar atau nyadran di makam Mbah Reni.

Menurut Ki Demang, Polowijen sejak dulu menjadi episentrum kesenian topeng Malang. Dalam konteks ini, pelaku seni dan budaya di Kampung Budaya Polowijen, Kota Malang, konsisten melestarikan budaya, seni, adat dan tradisi. Kampung Budaya Polowijen bukan saja sebagai tempat kolaborasi ragam kesenian tradisional yang ada, melainkan menjadi pusat berkumpulnya seniman dan budayawan yang bersemangat merawat dan melestarikan budaya bangsa.

Dalam Festival Kampung Budaya Polowijen #8 pada Sabtu (26/4/2025), pelaku seni berkumpul. Mereka mengusung spirit kebersamaan dalam Gejug Gongseng #2 memperingati Hari Tari Sedunia bertema Topengan Jaranan Bantengan Polowijen Seduluran.

“Kolaborasi masing-masing pelaku kesenian ini perlu diapresiasi sekaligus dielaborasi dalam satu panggung dan Gejug Gongseng adalah jawabannya,” kata Ki Demang.

Festival Kampung Budaya Polowijen #8 menyatukan semangat dalam rangkaian memeriahkan HUT Kota Malang ke-111 sekaligus memperingati Hari Tari Sedunia pada 29 April.

Festival menghadirkan Lomba Tari Topeng Malang dan Topeng Grebeg Sabrang. Peserta 100 anak dibagi dalam kategori A TK-SD 3, Kategori B SD 4-6, Kategori C SMP-SMA. Pemenang lomba mendapatkan apresiasi.

Festival terselenggara meriah menjadi ajang silaturahmi antarsanggar sekaligus halalbihalal. Perwakilan yang hadir di antaranya sanggar dari Kedungmonggo, Lowokpermanu, Senggreng, Pujiombo, Jatigui, Kanggan, Jambuwer, Jabung, Tumpang, Glagahdowo, Singosari, Lawang dan Polowijen sendiri. Mereka berkumpul untuk melestarikan budaya bangsa.

Selain lomba tari, Gejug Gongseng #2 menampilkan tari topeng jaranan tik, jaranan dor, bantengan Polowijen, dan atraksi khas pencak dor yang mengagumkan. Semua itu sengaja dihadirkan guna melestarikan budaya mengingat kesenian ini hampir punah.

Pada kesempatan itu, Kampung Budaya Polowijen tampil memukau dan atraktif dengan menghadirkan group kesenian Satriya Panawidjen, Putra Manunggal Nawasena Panawijen, Putra Mahkota Panawijen, Winoro Maheso Sekar Budoyo Polowijen dan Jowo Line Dance dengan dukungan Lembaga Kebudayaan UMM Srikandi PP dan Grib Jaya Malang.

Ketua Srikandi PP, Kiky Tutik Sundari mengapresiasi kiprah generasi muda yang giat dan rajin melestarikan seni dan budaya khas Malang, di antaranya bantengan jaranan dan topeng.

“Anak muda ini perlu ditopang dengan fasilitas yang memadai di antaranya peralatan, kostum, event seni pertunjukan serta saluran minat bakat dan di tempatkan sebagai bagian prestasi belajar mereka. Pemerintah harus hadir dan mengurusi kebudayaan ini,” ucap Kiky.

Sumber: Kampung Budaya Polowijen

Editor: Bagus Suryo