Permintaan Beras Meningkat, Sejumlah Produk Menghilang di Pasar Kota Malang

Supriyono, pedagang beras di Pasar Bunulrejo, Malang. Foto: Tugusatu/Bagus Suryo
Supriyono, pedagang beras di Pasar Bunulrejo, Malang. Foto: Tugusatu/Bagus Suryo

Tugusatu.com- Pedagang di Kota Malang, Jawa Timur, menyatakan kesulitan kulakan beras sehingga membuat stok kian menipis. Setidaknya 12 merek produk beras menghilang dari lapak pedagang.

Supriyono, pedagang beras di Pasar Bunulrejo, Malang, menyatakan selama dua pekan ini tak berhasil mendapatkan beras sejumlah merek lantaran stoknya kosong di produsen.

“Beras kemasan 5 kg kosong. Beras mentari saya minta 20 sak kemasan 5 kg hanya dikirim 5 sak,” tegas Supriyono, Jumat (15/8).

Supriyono tak bisa berbuat banyak kendati permintaan beras meningkat. Dalam kondisi ini, beras Bulog yang biasanya selalu hadir ketika harga melonjak, kini tak terlihat di pasar setempat.

Akibatnya, stok beras di lapak milik Supriyono terus berkurang. Dari 20 merek beras kemasan yang selama ini ia jual, sekarang hanya tersisa 8 merek. Itu pun sisa stok dua pekan lalu.

“Stok saya hanya tinggal sekitar 1 ton dari biasanya 5 ton,” katanya.

Dalam kondisi ini, harga beras juga cepat berubah menjadi tak terkendali. Semula, 5 kg beras medium Rp75.000, kini sudah Rp80.000 dari harga kulakan Rp74.500.

Giyanti, pedagang di Pasar Oro Oro Dowo juga merasakan kondisi sama. Pasokan beras 5 kg merosot, bahkan sejumlah produsen menghentikan suplai. Beras merek tertentu menghilang dari pasaran ketika konsumen telanjur demen.

Stok kebanyakan tersedia di lapak hanya kemasan 10 kg dan 25 kg. Beras kemasan itu jarang terserap karena harga lebih mahal.

“Biasanya, konsumen membeli beras sesuai kebutuhan dan kondisi keuangan,” ungkapnya.

Begitu juga Perumda Tugu Aneka Usaha (Tunas) Kota Malang mengalami kesulitan kulakan beras di produsen.

Direktur Utama Perumda Tugu Aneka Usaha Kota Malang Dodot Tri Widodo mengatakan kesulitan kulakan beras di produsen. “Pemesanan 16 ton beras medium belum dikirim sejak pekan lalu,” ucapnya.

Menurut Dodot, kondisi ini lantaran panen padi mulai berkurang memicu harga gabah menjadi Rp7.000 per kg sampai Rp7.500 per kg dari harga eceran tertinggi (HET) Rp6.500 per kg.

Dampaknya membuat para produsen berebutan membeli gabah meski melampaui HET. Akhirnya, beras kemasan yang dijual ke pasar dilabeli premium ketimbang medium guna menghindari kerugian.

Terkait hal ini, Pemkot Malang akan merespons melalui intervensi operasi pasar. Namun, waktunya belum ditentukan. Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Malang, Slamet Husnan Hariyadi mengklaim stok beras masih tersedia.

Sedangkan Kepala Diskopindag Kota Malang Eko Sri Yuliadi mengatakan akan mengecek lebih dulu tata niaga dan stok beras di pasar, lalu melakukan intervensi operasi pasar pada pekan depan.

“Saya sudah koordinasi dengan Bulog, katanya stok beras aman. Sementara ini kita cek stok dulu, baru operasi pasar,” tandas Eko.

Penulis: Bagus SuryoEditor: Tim editor