Peringati Hari Ibu, Kampung Budaya Polowijen Angkat Tradisi Pawon dan Jarik

Peringatan Hari Ibu di Kampung Budaya Polowijen, Kota Malang. Foto: Kampung Budaya Polowijen
Peringatan Hari Ibu di Kampung Budaya Polowijen, Kota Malang. Foto: Kampung Budaya Polowijen

Tugusatu.com- Kampung Budaya Polowijen, Kota Malang, Jawa Timur, memperingati Hari Ibu mengusung spirit budaya dan tradisi Jawa, Minggu (22/12). Perayaan begitu meriah sembari memberikan edukasi dengan menanamkan nilai-nilai filosofi pawon atau dapur dalam masyarakat Jawa.

Sekitar 30 perempuan berkumpul memperingati Hari Ibu secara khidmat dan harmonis dalam suasana hujan mengguyur kawasan Malang dan sekitarnya.

Mereka berkumpul menghangatkan suasana dengan cethik geni atau menyalakan api di tungku, lalu memasak bersama dan membuat sambal.

Acara dihadiri mahasiswa D4 Prodi Destinasi Wisata Unmer yang datang beserta 10 rombongan yang tertarik pada kegiatan-kegiatan unik berbasis budaya. Di Kampung Budaya Polowijen inilah pilihannya.

Acara dimulai dengan menampilkan sendratari Beskalan Putri Malang dan tari Ragil Kuning yang ikonik.

Peringatan Hari Ibu pun begitu mengesankan. Betapa tidak, Perempuan Bersanggul Nusantara (PBN) hadir turut mengajarkan tutoril cara berkain saat beraktivitas.

Perempuan Bersanggul Nusantara (PBN) memperingati Hari Ibu di Kampung Budaya Polowijen.
Perempuan Bersanggul Nusantara (PBN) memperingati Hari Ibu di Kampung Budaya Polowijen.

Pada kesempatan itu, Budayawan Kota Malang, Mbah Karjo menjelaskan filosofi pawon yang sarat akan nilai dan makna tradisi, moral, serta etika.

Menurut Mbah Karjo, pawon merupakan perwujudan ruang intim keluarga yang selama ini di kuasai oleh ibu.

“Pawon bukan sekadar tempat mengolah makanan, tetapi juga tempat mengolah rasa dan segala keluh kesah keluarga,” katanya.

Pawon menjadi ruang bertemunya anggota keluarga selain tempat menyimpan dan mengolah makanan.

“Siapa pun orang yang sudah masuk di pawon berati dia adalah orang dekat keluarga tersebut, entah famili, teman dekat termasuk tetangga. Jika ada tamu diterima di pawon berarti orang tersebut sudah dianggap keluarga,” tegasnya.

Di pawon pula menjadi ruang bercerita tentang segala hal mulai problematika sampai solusi kehidupan bagi setiap anggota keluarga. Prinsipnya, pawon merupakan tempat vital dan sakral dalam membentuk karakter dan kepribadian keluarga. Termasuk mengajarkan nilai-nilai ekonomi.

“Pawon ada penunggu makhluk halus yang biasa di sebut Nini Towok dan Kaki Towok sebagai penjaga tungku untuk memasak. Alat-alat memasak seperti dandang atau kendil sebagai wadah memasak biasanya tidak boleh pecah, jika pecah harus di ruwat,” tuturnya.

Sementara itu, Ketua Umum PBN Sany Repriandini mengedukasi anak-anak memakai jarik gaya tradisional. Jarik biasa dilipat dan dikenakan sebagai kain panggung atau kain panjang.

Adapun tata cara jarik grompol, yakni dilipat dan dikenakan dengan ujung kain di depan. Selanjutnya jarik liris, dilipat dan dikenakan dengan ujung kain di samping. Sedangkan jarik paron, yaitu dilipat dan dikenakan dengan ujung kain di belakang. Cara cara ini yang umum bisa dipakai untuk ragam aktivitas di rumah atau pun di pawon.

Penulis: Rilis Kampung Budaya PolowijenEditor: Bagus Suryo