Tugusatu.com, MALANG– Hidup di kawasan perkotaan bukan menjadi alasan tak bisa berkebun. Limbah botol bekas, bisa menjadi sarana media tanam untuk menggantikan lahan yang minim.
Seperti yang dilakukan warga RT 06 RW 05 Kelurahan Tlogomas, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, yang tergabung dalam kelompok tani Kebun Botol.
Warga memanfaatkan limbah botol galon bekas. Mereka menanam berbagai jenis tanaman seperti cabai, tomat, bawang merah, daun bawang, blewah hingga melon.
Kebun botol wujud urban farming ini berada di lahan milik ketua RT setempat. Setiap sore dan pagi di akhir pekan, warga berkumpul untuk merawat tanaman. Saat ini, sedikitnya ada 1.200 batang tanaman, di atas lahan seluas 3.000 meter persegi.
Didik Mashudi, Ketua Kelompok Tani (Poktan) Kebun Botol menjelaskan, ide membuat kebun botol awalnya untuk mencari kegiatan bagi ibu-ibu anggota PKK. Usai memberi pelatihan menanam, awalnya ibu-ibu hanya menanam di botol bekas air mineral ukuran 1.600 ml. Namun lantaran mudah terguling, warga pun mengganti sarana media tanam dengan galon bekas.
“Awal dulu kan untuk mencarikan kegiatan bagi ibu-ibu PKK. Mereka kan kalau minggu kumpul-kumpul jadi biar ada kegitan tidak hanya ngobrol-ngobrol saja,” ujar Didik, Jumat (10/5).
Poktan kebun botol berdiri sejak September 2022. Total ada 44 warga yang tergabung dalam poktan ini. Anggotanya terdiri dari berbagai latar belakang seperti guru, dosen, karyawan swasta hingga ibu rumah tangga.
Perawatan kebun secara bersama-sama. Tak hanya menyiram, warga juga belajar membuat campuran nutrisi tanaman agar bisa tumbuh dan berbuah maksimal.
“Ya belajar membuat campuran nutrisi juga, kan latar belakangnya berbeda-beda, jadi tidak semua bisa bertani,” imbuh Didik.
Salah satu tanaman yang menjadi unggulan yakni tomat dan cabai. Saat ini ada 250 batang tanaman cabai dan 200 batang tomat di ke botol ini. Dari jumlah tersebut, warga bisa mendapat 10 kilogram tomat sekali panen dan 15 kilogram cabai per minggu.
Hasil panen kebun botol ini tak hanya dijual ke warga sekitar, melainkan juga ke berbagai kalangan. Latar belakang anggota kelompok tani yang beragam, membuat pemasaran bisa semakin luas. Hasil penjualan untuk menambah kuantitas tanaman dan menutup biaya operasional kebun.
“Ya ada yang dijual ke mlijo atau pedagang sayur keliling, ada yang ditawarkan ke rekan kantor juga,” jelas Didik.
Bagi warga, kebun botol ini tak hanya sebagai sarana berkumpul dan berkegiatan, namun juga memberi manfaat ekonomi. Di tengah harga kebutuhan yang semakin mahal, kebun botol bisa menjadi solusi lantaran warga mendapat harga yang lebih murah dibandingkan harga pasaran. Selain itu, warga juga mendapat komisi jika ikut memasarkan hasil panen.
“Saat cabai di pasar harganya Rp45 ribu perkilo kita beli di sini Rp38 ribu, kalau kita jual lagi kan juga untung,” jelas Yanti sambil memberi pupuk tanaman tomat.
Yanti, salah satu anggota poktan kebun botol menyatakan, meski dirinya tak memiliki pengalaman bertani, tetapi saat ini sudah bisa memberi pupuk sesuai kebutuhan tanaman. Pasalnya, pengurus kebun botol secara rutin memberikan pelatihan kepada anggota kelompok tentang karakter tanaman dan kebutuhan nutrisinya, termasuk media tanam yang harus digunakan.
“Awalnya dulu ya gak bisa kan saya guru PAUD dan tidak pernah bertani, kini ya bisalah kalau untuk tanaman jenis tertentu”, ucap Yanti.
Poktan kebun botol juga terbuka bagi pengurus RT atau RW yang ingin belajar di sini untuk mengembangkan pertanian perkotaan.
Reporter: Abdul Malik
Editor: Bagus Suryo