Tugusatu.com- Nurul Arifin dan Jacky Java Pitomay membagi tugas mengaduk semen dan menyiapkan batu bata. Difabel tuli warga Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, itu cekatan membuat pilar bata ukuran 33 cm x 33 cm setinggi 42 cm. Setelah memplester pilar bata, keduanya lalu mengaci atau menghaluskan tembok dengan aci. Selanjutnya proses plamir, pengecatan dan finishing.
Nurul dan Jacky dengan didampingi juru bahasa isyarat, Fikri Aziz, berharap usai memiliki keterampilan pertukangan bisa cepat bekerja di sektor bangunan dari semula sebagai montir.
“Harapan setelah pelatihan bisa mendapatkan pekerjaan yang layak untuk meningkatkan ekonomi,” tegas Nurul Arifin sembari menyatakan sekolah hanya sampai lulus SMP.
Begitu juga difabel lainnya melakukan aktivitas serupa saat praktik bahan bangunan di ruang bengkel batu dan beton SMKN 1 Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Kamis (1/5).
Pagi itu, sebanyak 16 difabel, empat difabel di antaranya perempuan, begitu antusias mengikuti pelatihan keterampilan pertukangan. Mereka dari ragam difabel tunarungu, tunagrahita, dan tunadaksa ringan. Pelatihan berlangsung tiga hari, adapun penutupan pada Jumat (2/5), uji sertifikasi kompetensi.
Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Gerkatin) Kabupaten Malang, Jawa Timur, sengaja menggelar pelatihan pertukangan bagi difabel guna mendorong kesetaraan gender dan inklusi sosial di sektor infrastruktur.
Pelatihan ini bagian dari program Gender Equality and Social Inclusion in Infrastructure (GESIT) dengan dukungan dari Kemitraan Indonesia Australia untuk Infrastruktur (KIAT).
Peserta pelatihan bukan saja difabel laki-laki, melainkan juga penyandang disabilitas perempuan.
“Perempuan harus bisa mengerjakan berbagai pekerjaan seperti laki-laki, kita membangun kesetaraan,” ujar Badiyatun, difabel tunadaksa warga Desa Banjarejo, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang.
Badiyatun bersama sang suami, Sriono, menerima manfaat pelatihan. Kendati suami istri itu sudah punya usaha makanan ringan dan menjahit, tetapi keduanya bersemangat mengikuti pelatihan pertukangan. Sriono yang mengenakan kaki palsu begitu antusias menyelesaikan praktik membuat pilar bata.
“Keterampilan pertukangan diperlukan agar berdaya sehingga bisa memudahkan saat memperbaiki rumah dan menambah pendapatan keluarga,” kata Sriono.
Instruktur pertukangan, Try Adi Adha menyatakan pelatihan bertujuan agar difabel memiliki kemampuan dasar pertukangan, pekerjaan pemasangan batu bata, plesteran, acian, pengecatan serta finishing bangunan.
“Harapan terhadap difabel, apa yang diperoleh saat pelatihan bisa diterapkan di masyarakat,” tutur Try Adi Adha yang juga menjabat Kepala Konsentrasi keahlian Teknik Konstruksi dan Perumahan SMKN 1 Singosari.
Sementara itu, Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Malang, Yudhi Hindarto mengatakan Pemkab Malang membekali difabel keterampilan teknis konstruksi guna mendorong infrastruktur yang lebih inklusif.
Karena itu, Pemkab Malang mendukung penuh program pelatihan seperti ini untuk membuka ruang bagi penyandang disabilitas masuk ke dunia kerja.
“Sertifikasi kompetensi yang mereka dapatkan nantinya juga menjadi modal penting untuk bisa bersaing secara profesional,” ucapnya.