Permintaan Beras Menurun, Pemilik Usaha Penggilingan Padi di Malang Kurangi Beli Gabah

Dodik Reza, petani di Dusun Kembang, Desa Purwoasri, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur, sedang mengecek kadar air gabah yang dijemur menjelang masuk penggilingan, Selasa (29/4). Foto: Tugusatu/Bagus Suryo
Dodik Reza, petani di Dusun Kembang, Desa Purwoasri, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur, sedang mengecek kadar air gabah yang dijemur menjelang masuk penggilingan, Selasa (29/4). Foto: Tugusatu/Bagus Suryo

Tugusatu.com- Penggilingan padi di Malang, Jawa Timur, mengurangi pembelian gabah hasil panen petani karena permintaan beras belum banyak lantaran pasar sedang lesu. Kondisi ini terjadi sejak usai Lebaran.

“Penyebabnya ada kemungkinan faktor ekonomi,” tegas Bu Kandar, pemilik penggilingan padi di Dusun Kembang, Desa Purwoasri, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Selasa (29/4).

Ia memutuskan menggiling gabah sisa stok yang ia beli pada Ramadan lalu. Kala itu harga gabah kering panen Rp6.500 per kg atau sesuai harga pembelian pemerintah (HPP). Kemudian, beras di kemas dengan merek kembang untuk selanjutnya dijual ke pasar. Sebanyak 1 ton gabah bisa untuk memenuhi permintaan pengecer selama sepekan.

“Beras merek kembang IR64 campuran beras wangi harga agen kemasan 5 kg Rp65.000 dan kemasan 3 kg Rp41.000,” katanya

Kendati sekarang panen raya, ia belum memutuskan menyerap gabah petani karena permintaan beras sedang menurun. Kini, harga gabah basah di petani Rp5.700 per kg sampai Rp6.000 per kg.

“Harga gabah di Pasuruan bisa lebih murah lagi,” ujarnya.

Cara petani memanen padi, lanjutnya, bisa berpengaruh pada harga gabah. Gabah panen geblokan tangan atau manual dijual Rp5.500-Rp5.700 per kg. Gabah panen giling mesin Rp6.000 per kg, dan gabah panen mesin combine bisa lebih mahal karena gabahnya bersih.

Harga gabah itu di bawah HPP sesuai ketentuan Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional No 2/2025.

Penulis: Bagus SuryoEditor: D. Wahjoeharjanto