Tugusatu.com- Perhelatan Kembul Topeng #3 digelar di Padepokan Seni Mangun Dharmo, Tumpang, Malang, Jawa Timur, 26–31 Agustus 2025. Perayaan seni dan tradisi ini menyatu dalam perjumpaan budaya.
Penggagas Kampung Budaya Polowijen Malang Isa Wahyudi akrab disapa Ki Demang menyatakan gelaran kali ini dimeriahkan Topeng Dongkrek Madiun.
“Topeng Dongkrek meski tidak bersumber dari epos Panji atau Purwa, justru memiliki nilai sakral tinggi. Ia adalah topeng ritual tapi tidak kaku dengan ritus-ritus tertentu, topeng dongkrek hadir sebagai topeng pengharapan menepis mitos mistis topeng itu sendiri,” tegas Ki Demang dalam rilis kepada media memastikan hadir untuk memberikan dukungan, Senin (25/8).
Ki Demang telah berkomunikasi dengan Andri, seniman Topeng Dongkrek di Caruban, Kabupaten Madiun, pada 19 Agustus 2025. Pertemuan itu bersama Winarto Ekram, pimpinan Malang Dance Indonesia sekaligus penggagas acara bersama Dr. Tri Wahyuningtyas.
Pada kesempatan itu, Winarto menekankan Kembul Topeng #3 lahir bukan semata hiburan, melainkan bermakna tuntutan.
“Topeng bukan sekadar tontonan, melainkan tuntunan. Kembul Topeng adalah ruang perjumpaan budaya, upaya menjaga napas tradisi agar tetap hidup di tengah arus modernitas,” tutur Winarto Ekram, penggagas Kembul Topeng #3.
Kehadiran Topeng Dongkrek Madiun di Kembul Topeng #3 menandai pentingnya kolaborasi antartradisi. Dari sakralitas Dongkrek Caruban hingga elegansi Topeng Malangan, acara ini menjadi momentum untuk merajut kembali identitas bangsa melalui kesenian topeng.
Dengan tema “Dulu, Kini, Nanti”, Kembul Topeng #3 adalah cermin perjalanan seni: menghormati jejak masa lalu, meneguhkan eksistensi hari ini, dan menyiapkan warisan budaya untuk generasi mendatang.
Acara ini bertepatan dengan HUT ke-36 Padepokan Seni Mangun Dharmo akan menjadi ruang perjumpaan puluhan komunitas topeng Nusantara. Dengan mengusung tema reflektif “Dulu, Kini, Nanti”, acara ini diharapkan tidak sekadar menjadi tontonan seni, melainkan juga perenungan atas jejak panjang tradisi topeng Indonesia.
Salah satu penampilan yang ditunggu-tunggu adalah Topeng Dongkrek Madiun, sebuah kesenian ritual khas dari Caruban, Madiun, Jawa Timur. Dibawakan oleh Sanggar Condro Budoyo di bawah pimpinan Bapak Andri, Topeng Dongkrek akan menambah khazanah ragam topeng yang hadir dalam festival ini.
Topeng Dongkrek lahir pada abad ke-19, di masa pemerintahan Bupati Raden Ronggo Prawirodirjo III. Saat itu, masyarakat Caruban dilanda pagebluk (wabah penyakit) dan diyakini diganggu roh-roh jahat. Sang bupati kemudian menginisiasi sebuah pertunjukan rakyat dengan kendang, keprak kayu, topeng, dan tarian yang penuh semangat.
Bunyi “dung” dari kendang dan “krek” dari keprak kayu kemudian menjadi ciri khas irama, sekaligus melahirkan nama Dongkrek. Pertunjukan ini dipercaya mampu mengusir gangguan gaib dan menjadi doa kolektif agar masyarakat terbebas dari musibah.
Kini, Topeng Dongkrek tidak lagi sekadar ritual, melainkan juga pertunjukan rakyat penuh filosofi. Kesenian ini telah diakui sebagai Warisan Budaya Tak benda Indonesia, dengan pesan moral tentang pertarungan abadi antara kebaikan dan keburukan.
“Dalam berkesenian kita harus mampu menghibur sekaligus menyampaikan pesan kehidupan. Topeng Dongkrek adalah gambaran drama manusia: ada sifat baik, ada pula sifat jahat. Dari sana kita belajar kesabaran, ketenangan, dan kerja keras,” tutur Andri, pimpinan Sanggar Condro Budoyo.
Topeng Dongkrek dimainkan oleh sekelompok penari dengan karakter topeng yang penuh makna:
• Topeng Buto (raksasa): simbol kekuatan negatif dan roh pengganggu.
• Topeng Putri: menggambarkan masyarakat yang terkena gangguan.
• Topeng Lelaki (Panji, ksatria, rakyat): representasi tokoh penyelamat.
Musik iringan terdiri dari kendang, gong, jidor, keprak kayu, hingga kenong. Hentakan keras irama menggema sebagai simbol pengusir mara bahaya. Gerakan tarinya energik, dipenuhi adegan dramatik, teatrikal, bahkan diselipi humor yang membuat pertunjukan tetap dekat dengan rakyat.
Topeng Dongkrek biasanya hadir dalam berbagai acara: mulai dari ritual adat tolak bala, bersih desa, upacara keagamaan, festival budaya, kirab, hajatan rakyat, hingga pertunjukan khusus di sanggar sebagai sarana edukasi dan pelestarian.
Adapun perhelatan Kembul Topeng #3 bukan hanya ajang unjuk karya seni, melainkan sebuah perayaan bersama.
Rangkaian acaranya meliputi:
• Sarasehan budaya bersama maestro topeng.
• Workshop seni untuk generasi muda.
• Pameran topeng dari berbagai daerah Nusantara.
• Lomba tari dan mewarnai topeng untuk anak-anak.
• Pertunjukan lintas sanggar dan kolaborasi lintas daerah.
• Nyekar dan umbul dungo untuk para sesepuh topeng.
Tahun ini, acara melibatkan berbagai institusi seni ternama seperti ISI Surakarta, ISI Yogyakarta, ISBI Bandung, ISBI Denpasar, STKW Surabaya, UNESA, Universitas Negeri Malang, IKJ, Universitas Negeri Jakarta, hingga puluhan SMKI dan komunitas topeng dari Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara.
Sumber: Kampung Budaya Polowijen Malang