Rebo Wekasan, Antara Tradisi dan Agama

Sekretaris Lemabaga Falakiyah Kota Malang, Miftahudin Azmi. Tugusatu/Andhena Wisnu Wardana
Sekretaris Lemabaga Falakiyah Kota Malang, Miftahudin Azmi. Tugusatu/Andhena Wisnu Wardana

Tugusatu.com, MALANG—Upacara dan ritual tradisional memegang peranan penting bagi masyarakat Jawa yang masih menjaga warisan leluhur mereka, termasuk Rebu Wekasan.

Sekretaris Lemabaga Falakiyah Kota Malang, Miftahudin Azmi, mengatakan upacara yang telah berlangsung selama ratusan tahun ini tetap dilestarikan dengan hampir sempurna.

“Umumnya, ritual-ritual tradisi diadakan untuk memastikan keselamatan dan kehidupan yang baik, baik untuk individu maupun kelompok, seperti Rebo Wekasan,” ujarnya, Sabtu (31/8/2024).

Beberapa masyarakat, kata dia, menyebutnya sebagai Rebo Pungkasan guna lebih mudah dipahami. Istilah Rebo Wekasan sendiri merujuk pada hari Rabu terakhir di bulan Sapar atau Shofar, bulan kedua dalam kalender hijriyah.

“Jadi, Rebo Wekasan berarti hari Rabu terakhir, adalah sebuah ritual yang diadakan setiap tahun pada malam Rabu terakhir di bulan Shafar menurut kalender hijriyah,” ujarnya.

Namun, kepercayaan masyarakat Nusantara beranggapan bahwa Shafar ini adalah bulan kesialan.

“Mengenai hal itu, kita perlu memahami bahwa sebagai umat muslim tidak ada waktu yang tidak baik atau tidak ada waktu yang diciptakan untuk kesialan. Baik itu mengenai tahun, bulan, hari dan sebagainya,” ucapnya.

Pada hakikatnya semua waktu itu bagus termasuk rabu wekasan ini. Semuanya tergantung amal perbuatan yang kita lakukan.

Pada umumnya, dia menegaskan, bentuk amalan-amalan yang sering dilakukan masyarakat ketika memasuki tradisi Rebo Wekasan, salat sunnah muṭlaq untuk menolak datangnya bala’.

Salat ini dilakukan sebanyak empat rakaat baik dengan dua tahiyyat satu salam, atau dua tahiyyat dua salam. Sebagaimana shalat lainnya, shalat ini juga wajib membaca Alfatiḥah yang dilanjutkan dengan membaca Surat Alkauthar 17 kali, Surat Aikhlāṣ 5 kali, Surat Alfalaq 1 kali d,an surat al-Nās 1 kali, yang dilakukan di setiap rakaatnya.

Artinya, setiap rakaat membaca seluruh surat tersebut. Seusai melaksanakan salat, maka membaca doa tolak bala, membaca surat Yasin.

Ketika proses pembacaannya sampai pada “Salāmun qaulan min rabb al-raḥīm” dibaca sebanyak 313 kali lalu dilanjutkan ayat setelahnya sampai selesai. Lalu diakhiri dengan membaca doa untuk menolak bala’

Kapan Rabu Wekasan pada tahun ini, kata dia,  Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengikhbarkan bahwa 1 Safar tahun 1446 H ini jatuh pada Selasa (6/8/2024).

Di samping itu, data hisab posisi hilal pada selasa sore 29 Safar 1446 (3/9/2024) itu masih belum mencapai kriteria Imkanurukyat Neo MABIMS (Menteri Agama Brunai, Indonesia, Malaysia dan Sinagapura dan IRNU (Imkan Rukyat Nahdlatul Ulama) yaitu hilal kemungkinan dapat dilihat minimal 3 derajat dan sudut elongasi 6,4 derajat.

“Nah, ketika ada seseorang yang bersaksi bahwa melihat hilal pada waktu itu maka kesaksiannya akan ditolak. Sehingga, umur bulan shafar digenapkan menjadi 30 hari yaitu jatuh pada hari Rabu Wage (4 september 2024) yaitu rabu pungkasan untuk bulan shafar tahun 2024,” ujarnya.

 

Editor/Reporter: N-1/Andhena Wisnu Wardana