Tugusatu.com, MALANG– Forkom Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kota Malang, Jawa Timur, konsisten melestarikan tradisi dengan merawat sungai. Salah satu upaya melalui Festival Kali Brantas.
“Selain pelestarian adat dan tradisi, juga kampanye lingkungan merawat kali bersih,” tegas Ketua Forkom Pokdarwis Kota Malang Isa Wahyudi akrab disapa Ki Demang, Senin (29/7).
Isa yang juga penggagas Kampung Budaya Polowijen mengatakan sungai kini menjadi daya tarik baru pariwisata. Karena itu, Festival Kali Brantas ke-3 mengusung spirit melestarikan ritual di sungai. Sebab, sungai sejak dulu menjadi pusat berkembangnya peradaban.
“Di situ tempat kita beraktivitas dan jika Kali Brantas bersih, maka akan digunakan sebagai ruang atraksi bersama,” katanya.
Menurut Pamong Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang, Candra Nurman, ada banyak objek pemajuan kebudayaan dengan ragam bentuk kemasan. Di antaranya kenduri, memetri, nyadran, tradisi larung. Semua tradisi itu layak sebagai warisan budaya tak benda.
Dalam Festival Kali Brantas pada 27-28 Juli 2024, ritual digelar mulai kenduri, memetri, nyadran, larung sesaji labuh kali hingga nyuluh kali di tepian Sungai Brantas di 7 kampung Tematik Kota Malang.
Sebelumnya, Petik Tirto Amerto di Titik Nol Kali Brantas di Desa Sumber Brantas, Kota Batu, pada Sabtu (13/7). Selanjutnya Sarasehan Tirto Wening di Latar Seni Winarto Ekram Ngopet, Pendem, Junrejo, Kota Batu.
Termasuk gerakan gugur gunung bersih Sungai Brantas melibatkan banyak pihak. Seluruh rangkaian itu memperingati Hari Sungai Nasional. Kenduren dan mengarak tumpeng digelar di Kampung Keramik Dinoyo pada Sabtu (27/7).
Ketua Pokdarwis Keramik Dinoyo Syamsul Arifin menjelaskan kenduren di pinggir kali sebagai wujud syukur sekaligus melestarikan tradisi.
“Ini bentuk ungkap syukur pada Tuhan bahwa alam yang kita nikmati harus kita rawat. Kalau dibuat kenduren otomatis tempatnya harus bersih,” ujar Syamsul Arifin.
Setelah itu, larung sesaji labuh kali di Kampung Gerabah Penanggungan. Pegiat kampung tematik melepas ratusan ikan dengan diiringi kesenian jaranan. Bahkan, anak-anak gerabah melakukan petik belik atau mengambil air di pancuran mata air untuk diserahkan ke Lurah Penanggungan.
“Kegiatan ini mengingatkan kita bahwa wadah tradisional yang digunakan untuk mengambil air zaman dulu itu terbuat dari gerabah, dan gerabah di Betek Penanggungan ini dulu sentranya,” ucap Ketua Pordarwis Kampung Gerabah Penanggungan Haryono.
Di sisi lain, penampilan anak-anak dari Miben Voice turut memeriahkan Festival Kali Brantas. Mereka bergembira, bernyanyi dan menari bersama di Kampung Putih Klojen sembari kampanye Putih Kampungku Bersih Kaliku.
“Kami siapkan lagu-lagu anak-anak, ajakan untuk jangan membuang sampah di sungai,” kata Pimpinan Miben Voice, Yuke Oktaf Feri sembari mengatakan peduli lingkungan harus sejak dini agar anak mengerti tentang air, sungai, lingkungan dan sampah.
Festival kian meriah dengan hadirnya jaranan di Kampung Biru Arema Kiduldalem, Kampung Tridi Kesatrian dan Kampung Warna Warni Jodipan. Saat itu ada ritual memetri Kali Brantas dan jamasan alat-alat kesenian di Kali Brantas.
Reporter/Editor: Bagus Suryo
Sumber: Forkom Pokdarwis Kota Malang