Riwayat rempah Pala

Buah pala. Foto: Tugusatu/Bagus Suryo
Buah pala. Foto: Tugusatu/Bagus Suryo

Sampai kini, pala masih ada dan eksis. Masyarakat menggemari komoditas itu untuk bahan bumbu masakan. Pasar yang terbuka lebar membuat pala tetap laris. Bu Bambang, pedagang jamu di Pasar Blimbing, Kota Malang, Jawa Timur, menjual satu ons pala Rp15.000. Riwayat pala abadi sampai sekarang.

Nenek moyang bangsa Indonesia selama berabad-abad lalu mendayung perahu menyusuri sungai menuju pelabuhan. Sesampai di dermaga, pedagang berlayar untuk mengekspor hasil bumi menuju Sumatra, Kalimantan dan sejumlah pulau. Sekali berlayar, geladak kapal terisi penuh komoditas pertanian dan perkebunan dari hasil panen. Bahkan, mereka tak membutuhkan kapal bermesin dan kompas untuk sampai daratan Tiongkok hingga Madagaskar, Afrika.

Mereka melakukan aktivitas ekonomi sesampai di pusat perdagangan. Mereka tak sekadar transaksi, melainkan juga intens berinteraksi dan berkomunikasi mengenalkan hasil bumi, bahasa, kesenian, adat istiadat dan budaya.

Sejarah mencatat, leluhur bangsa mengarungi laut membawa misi berdagang mulai beras sampai rempah-rempah termasuk pala. Mereka tak pernah ragu dalam melangkah. Itu sebabnya dalam melakukan segala sesuatu penuh perhitungan. Sekali memutuskan berlayar, artinya sudah tahu risiko. Sebab, kegagalan bisa membawa konsekuensi pulang tanpa hasil.

Giles Milton menulis Pulau Run, Magnet Rempah-Rempah Nusantara yang Ditukar dengan Manhattan mengungkapkan betapa kaya rayanya penduduk di Pulau Run. Pulau itu tertera sangat besar dalam peta abad 17. Saat itu, Run paling dicari dan dibicarakan di dunia. Begitu istimewa pulau tersebut digambarkan dari aroma khas sudah tercium beberapa mil jauhnya sejak sebelum kapal terhenti oleh karang-karang yang tajam.

Dalam buku itu dijelaskan bahwa para pelaut dan pedagang Eropa memburu buah yang oleh ahli botanis disebut Myristica fragrans. Warga lokal menyebutnya pala. Sama seperti para pedagang Inggris mengenal buah eksotis berwarna kekuningan berdaging tebal tersebut.

Namun, pala tak mudah didapatkan. Kala itu, mereka yang menginginkan lebih, harus berani mengarungi laut dan siap berperang. Sebelum orang Eropa sampai di pulau kaya rempah-rempah, para pedagang London biasanya membeli komoditas itu di Venesia. Sedangkan para pedagang Venesia kulakan rempah-rempah di Konstantinopel.

Pala sampai di pelabuhan pusat perdagangan dunia dikirim dari Samudra Hindia. Perjalanan pala  mulai petik sampai kirim merambah dunia melewati rute pelayanan yang berbahaya. Siapa pun yang mendekat langsung diusir ketika baru muncul di Kepulauan Banda. Karena itu, orang Portugis memilih menunggu datangnya pala di Malaka ketimbang masuk pulau karena dianggap berbiaya mahal dengan risiko mati mengenaskan.

Pulau Run berada di Kepulauan Banda, Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah. Pulau itu seluas 3 kilometer, lebarnya sekitar 1 kilometer. Riwayat pulau eksotis penghasil pala satu-satunya di Nusantara ini sungguh menakjubkan. Kisah heroik menyertai penduduk kepulauan tersebut.

Riwayat pulau itu pernah jadi medan perang dan persaingan bisnis yang sengit. Orang Portugis, Inggris dan Belanda bertaruh nyawa demi buah mirip kacang keriput tersebut. Pala dari Pulau Run sangat pantas diperebutkan lantaran menjadi primadona di Konstantinopel. Pada Abad Pertengahan, Konstantinopel (sekarang Istanbul, Turki) merupakan kota terbesar dan termakmur di Eropa.

Saat itu, pala merupakan kemewahan tiada duanya. Saking mahalnya, segenggam pala dihargai dengan rumah beserta perabot ditambah tanah dan uang. Semula orang Portugis berusaha mendekati pulau kecil tersebut, tapi selalu gagal memanen pala. Selanjutnya, pelaut Inggris berambisi masuk pulau sekaligus merebut pala. Namun, dominasi Inggris dipatahkan Belanda setelah perang beberapa tahun lamanya.

Inggris berusaha menguasai kembali Run melalui perjanjian Westminster yang mengakhiri perang Inggris-Belanda tahun 1652-1654. Setelah perang kedua tahun 1665-1667, pulau Run ditukar dengan Manhattan. Pulau seluas sekitar 59 kilometer persegi itu sekarang bernama New York, Amerika Serikat. Inggris yang menguasai Pulau Run menukarnya dengan Manhattan ke Belanda. Riwayat Run sempat menjadi milik Belanda.

Penulis: Bagus Suryo
Sumber: Giles Milton, Pulau Run, Magnet Rempah-Rempah Nusantara yang Ditukar dengan Manhattan, PT Pustaka Alvabet, Juni 2015.