Tugusatu.com, MALANG—Peningkatan kualitas menjadi salah kunci untuk keberhasilan internasionalisasi Bahasa Indonesia.
Dosen Bahasa Indonesia Universitas Muhammadiyah Malang, Faizin, mengatakan upaya internasionalisasi bahasa Indonesia sangatlah penting. Karena itulah, peningkatan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) perlu dilakukan.
“Karena itu pula, kualitas pembelajaran BIPS oerky nmidek konfigurasi sistemis,” katanya saat mempertahankan ujian disertasi di Universitas Negeri Surabaya, Jumat (21/6/2024).
Disertasinya berisi pengembangan meneliti terkait model konfigurasi sistemis berbasis digital pada pembelajaran BIPA.
Hasil pengembangan produk dalam penelitian tersebut berupa model pembelajaran konfigurasi sistemis berbasis digital yang memuat beberapa perangkat pembelajaran.
Di antaranya buku ajar BIPA Mentari Indonesia, lembar kerja mahasiswa, buku pedoman dosen, buku pedoman penilaian, RPS dan Silabus.
Menurut Faizin, ada beberapa keunggulan model ini. Salah satunya yakni pengembangannya yang mempertimbangkan faktor karakteristik pembelajar daru berbagai negara berbeda.
Selain itu juga melihat tingkat penguasaan para penutur asing tersebut. Model ini juga dikembangkan dari model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan BIPA.
Kemudian yang ketiga yakni menghasilkan kegiatan pembelajaran yang terarah, fokus pada penguasaan dan peningkatan keterampilan berbahasa, serta dilaksanakan secara bertahap. “Berdasarkan skor empat kevalidan yang ditetapkan BNSP,model ini sangat valid,” tegasnya.
Berdasarkan penelitiannya, ada peningkatan signifikan dalam penilaian hasil belajar pada empat aspek terkait, yakni menyimak, membaca, berbicara, dan menulis.Hal ini berarti model pembelajaran ini efektif digunakan untuk mahasiswa BIPA.
Dia menegaskan pula, ada dasarnya model pembelajaran konfigurasi sistemis berbasis digital yang dikembangkan dalam Penelitiannya hanya diperuntukkan untuk proses pembelajaran dalam program BIPA.
Namun demikian, model tersebut dapat juga diterapkan dalam proses pemerolehan bahasa asing lain. Misalnya saja Bahasa Inggris yang diajarkan di lingkungan sekolah jenjang SMP dan SMA. Namun, perlu adanya penyesuaian dengan karakteristik siswa dan materi bahasa terkait.
“Model pembelajaran yang berhasil saya kembangkan diharapkan dapat dijadikan pertimbangan bagi pemerintah dalam meningkatkan dukungan terhadap program BIPA. Dengan begitu, tujuan menginternasionalisasi bahasa Indonesia dapat lebih cepat terwujud. Dukungan dari pemerintah dapat berupa penetapan kebijakan yang memfasilitasi kebutuhan pengembangan program BIPA. Atau pun juga dukungan anggaran untuk menambah fasilitas pembelajaran,” katanya.
Sumber: UMM
Editor : N-1/Bagus Suryo