Tugusatu.com, MALANG— Sumarno (62) warga Plunturan, Pulung, Ponorogo, berhasil memberdayakan petani di sekitarnya sehingga pendapatan meningkat dan mampu membayar zakat.
Pria yang menjabat sebagai ketua Kelompok Tani Mulyo ini telah membawa perubahan besar bagi komunitasnya, membuktikan bahwa dengan tekad dan dukungan yang tepat, seorang petani bisa menjadi agen pemberdayaan masyarakat.
Perjalanan Sumarno dan 27 anggota Kelompok Tani Mulyo lainnya dimulai dengan menanam jagung biasa untuk pakan ternak. Namun, nasib mereka berubah sejak Februari 2022 ketika BSI Maslahat hadir, memberikan bantuan modal usaha sebesar Rp200 juta yang berasal dari dana infak.
“Dulu kami hanya menanam jagung biasa. Harganya tidak menentu, sering anjlok saat panen raya,” kenang Sumarno dalam pernyataan resminya, Minggu (22/5/2024).
Dengan bimbingan dari BSI Maslahat dan kerjasama dengan PT. CorresCo Seeds Indonesia, kelompok tani ini beralih memproduksi jagung benih.
Husin Al Maliki, Pendamping Program UMKM Ponorogo, menjelaskan, “Transisi dari jagung untuk pakan ternak ke jagung benih membuka peluang baru. Petani tidak hanya mendapat hasil panen, tapi juga keuntungan dari pengolahan benih dengan harga yang lebih stabil.”
Hasilnya sungguh menakjubkan. Dengan luas lahan yang sama, pendapatan petani melonjak hingga dua kali lipat. “Kami sangat bersyukur. Penghasilan naik 50% dari sebelumnya,” ujar Sumarno dengan mata berbinar.
Kesuksesan ini tercermin dari perluasan lahan yang signifikan. Dari hanya 1 hektar di awal 2022, kini Kelompok Tani Mulyo mengelola 4 hektar lahan jagung. Pertumbuhan ini menjadi bukti nyata keberhasilan program pemberdayaan yang dijalankan.
Yang lebih membanggakan, sejak tahun pertama menjalankan usaha jagung benih, Kelompok Tani Mulyo sudah mampu menunaikan zakat. Total zakat yang telah disalurkan mencapai Rp15,87 juta, dengan rincian Rp1,5 juta di tahun pertama, meningkat menjadi Rp3,5 juta di tahun kedua, Rp4,87 juta di tahun ketiga, dan Rp6 juta di tahun keempat.
“Bisa berzakat adalah kebahagiaan tersendiri bagi kami. Ini bukti bahwa rezeki yang kami terima bisa memberi manfaat bagi sesama,” tutur Sumarno dengan rendah hati.
Tidak hanya berzakat, kelompok tani ini juga berkontribusi dalam pembangunan desa. Mereka berhasil membangun joglo pertemuan senilai Rp55 juta dan meningkatkan kualitas sumur wakaf dengan meng-upgrade pipa dari 4 inch menjadi 6 inch, menggunakan dana Rp25 juta dari keuntungan usaha.
“Joglo ini menjadi pusat kegiatan dan musyawarah kami. Sementara peningkatan saluran air sangat membantu sistem irigasi pertanian,” jelasnya.
Dia mengungkapkan strategi pembagian hasil usaha yang diterapkan: 50% untuk pengembangan usaha, 17,5% dibagikan ke petani, 2,5% untuk zakat, 5% untuk royalti pemulia, dan 25% untuk operasional.
“Dengan pembagian ini, kami bisa berkembang sambil tetap memperhatikan kesejahteraan anggota dan kewajiban sosial,” tambahnya.
Menurut Husin Al Maliki, potensi bisnis jagung benih masih sangat besar mengingat kebutuhan pasar di Indonesia yang belum sepenuhnya terpenuhi. “Kami optimis Kelompok Tani Mulyo bisa terus berkembang dan memberi manfaat lebih luas,” ujarnya.
Kisah Sumarno dan Kelompok Tani Mulyo membuktikan bahwa dengan pendampingan yang tepat, petani tidak hanya bisa meningkatkan taraf hidupnya, tetapi juga menjadi motor penggerak ekonomi dan kesejahteraan masyarakat sekitar. Dari ladang jagung di Ponorogo, mereka menanam benih perubahan yang membawa harapan bagi masa depan pertanian Indonesia.
Editor/Reporter: N-1/Bagus
Sumber: BSI Maslahat
ISSN 3063-2145