Tugusatu.com- Festival Kali Brantas #4 resmi dibuka dengan ditandai dengan Petik Tirta Amerta di Titik Nol Sumber Brantas, Arboretum Kota Batu, Jumat (25/7).
Festival Kali Brantas merupakan perayaan budaya dan ekologi yang digagas oleh budayawan Malang, Isa Wahyudi akrab disapa Ki Demang.
Ritual Petik Tirta Amerta bertepatan dengan penghujung bulan Suro ini tak sekadar seremoni, melainkan bentuk penghormatan terhadap air sebagai sumber kehidupan yang mengaliri Sungai Brantas, melintasi 14 Kota Kabupaten sebagai urat nadi Jawa Timur.
“Dalam mitologi Jawa dan Hindu, Tirta Amerta bermakna “air kehidupan”, yang dipercaya memberi kekuatan, kejernihan, dan umur panjang. Maka, “memetik Tirta Amerta dari mata air utama adalah simbol pengambilan sumber suci kehidupan, sebagai bentuk syukur dan permohonan restu dari alam semesta,” tegas Budayawan Malang, Syamsul Subakri akrab disapa Mbah Karjo yang terkenal sebagai dalang wayang suket.
Petik Tirta Amerta di Sumber Brantas dipandu para tokoh budaya dari Kota Batu di antaranya Ki Lelono, dan Bu Umie Solekan yang membuka sumber mata air dengan mantra sasi mimba, haning data, nedhi tirta, banyu dzat sira, huripa. Hal itu bermakna dalam bulan penyucian saat keheningan hadir kami memohon air suci, sebab air adalah zat-Mu sumber kehidupan sejati.
Ki Demang sebagai penggagas Festival Kali Brantas ini menyampaikan pesan dan simbol kesadaran ekologis. Sungai Brantas adalah nadi utama kehidupan Jawa Timur.
“Memulai Festival dari hulu menegaskan pesan bahwa perawatan lingkungan harus dimulai dari sumbernya. Jika sumber airnya dimuliakan dan dijaga, maka aliran kehidupan di hilir pun akan bersih dan berkelanjutan,” kata Ki Demang.
Menurut Ki Demang, Petik Tirta bukan hanya pelestarian tradisi, tapi juga ajakan untuk membangun etika lingkungan baru yang bersandar pada kearifan lama.
“Ritual ini menjadi platform budaya untuk membangun kesadaran kolektif, bahwa menjaga air adalah menjaga masa depan,” imbuh Ki Demang yang juga Penggagas Kampung Budaya Polowijen.
Festival yang diinisiasi oleh Pokdarwis Kota Malang ini rutin diselenggarakan sejak tahun 2022. Festival merupakan wujud kolaborasi budaya dan pelestarian lingkungan. Seperti tahun-tahun sebelumnya, di tahun ini, Festival Kali Brantas diselenggarakan di tujuh kampung tematik Kota Malang, yaitu: Kampung Keramik Dinoyo, Kampung Gerabah Penanggungan, Kampung Putih Klojen, Kampung Biru Arema Kidul Dalem, Kampung Tridi Kesatrian, Kampung Warna Warni Jodipan, dan Kampung Lampion Jodipan.
Rangkaian festival akan berlanjut Sabtu (26/7) di Kampung Gerabah Penanggungan dengan acara Kenduren dan Larung Sesaji Kali Brantas, lalu Sarasehan Kali Brantas yang melibatkan tokoh masyarakat, aktivis lingkungan, dan seniman lokal.
Puncaknya Minggu (27/7) ketujuh kampung akan serempak menggelar Gugur Gunung Rijik-Rijik Kali Brantas, sebuah aksi bersih-bersih sungai Brantas secara gotong royong sebagai simbul peringatan Hari Sungai Nasional.
Kampung Biru Arema akan menyuguhkan pertunjukan musik “Nyanyian Arema Kali Brantas”. Di Kampung Warna Warni, siang harinya akan berlangsung Kampanye Kali Brantas dalam bentuk tarian dan nyanyian kolaborasi dari Kampung Putih dan Kampung Lampion. Tak kalah menarik, Kampung Keramik Dinoyo dan Kampung Gerabah Penanggungan menyuguhkan Dolanan Lempung Brantas, permainan tradisional berbahan tanah liat sebagai simbol kesuburan dan ekologi.
Kampung Tridi akan mengadakan Nyadran Kali Brantas, sementara Ruwatan Kali Brantas akan digelar malam hari di Kampung Warna Warni, menampilkan Wayang Topeng “Ronggeng Kali Brantas” dari Kampung Budaya Polowijen.
Festival Kali Brantas #4 menjadi ruang kolektif untuk menyuarakan pentingnya menjaga sungai sebagai warisan budaya dan sumber kehidupan. Dengan semangat gotong royong, budaya, dan kreativitas warga kampung, sungai Brantas tak hanya dirawat, tetapi dimuliakan.
Sumber: Pokdarwis Kota Malang