Larung Sesaji dan Kenduren Brantas di Kampung Gerabah Penanggungan Padukan Harmoni Budaya dan Ekologi

Suasana prosesi larung sesaji dan kenduren Kali Brantas dalam rangkaian Festival Kali Brantas #4 di Kampung Gerabah Penanggungan, Kota Malang, Sabtu (26/7). Foto: dok Pokdarwis Kota Malang
Suasana prosesi larung sesaji dan kenduren Kali Brantas dalam rangkaian Festival Kali Brantas #4 di Kampung Gerabah Penanggungan, Kota Malang, Sabtu (26/7). Foto: dok Pokdarwis Kota Malang

Tugusatu.com- Prosesi larung sesaji dan kenduren Kali Brantas dalam rangkaian Festival Kali Brantas #4 di Kampung Gerabah Penanggungan, Kota Malang, memadukan harmonisasi menyatu dengan alam. Betapa tidak, ritus berpadu nilai-nilai budaya, spiritualitas, dan kepedulian ekologis. Hal ini bentuk syukur dan pengingat bahwa sungai bukan sekadar saluran air, tapi juga nadi kehidupan.

“Larung bukan sekadar membuang benda ke sungai, tapi menyampaikan pesan. Kita hidup berdampingan dengan alam, dan apa yang kita ambil harus seimbang dengan apa yang kita beri. Sungai tak boleh hanya jadi tempat buangan, tapi harus diperlakukan sebagai ibu yang menghidupi,” kata Ketua Pokdarwis Kota Malang, Isa Wahyudi akrab disapa Ki Demang.

Ki Demang menginisiasi Festival Kali Brantas sejak tahun 2022 sebagai ruang kolaborasi budaya dan pelestarian lingkungan di tujuh kampung tematik Kota Malang.

Dalam prosesi Larung Sesaji diawali dengan arak-arakan warga dan belasan anak-anak yang dengan khidmat membawa sesaji berupa ikan, bunga, dan hasil bumi. Larung ini merupakan simbolisasi penyerahan kembali segala unsur kehidupan kepada alam. Ikan melambangkan keberlangsungan ekosistem, bunga melambangkan doa dan harapan, sementara hasil bumi mencerminkan rasa syukur atas rezeki yang mengalir dari Brantas.

Warga mengikuti prosesi larung sesaji dan kenduren Kali Brantas dalam rangkaian Festival Kali Brantas #4 di Kampung Gerabah Penanggungan, Kota Malang, Sabtu (26/7). Foto: dok Pokdarwis Kota Malang
Warga mengikuti prosesi larung sesaji dan kenduren Kali Brantas dalam rangkaian Festival Kali Brantas #4 di Kampung Gerabah Penanggungan, Kota Malang, Sabtu (26/7). Foto: dok Pokdarwis Kota Malang

Sesuai larung, masyarakat berkumpul dalam Kenduren Kali Brantas, kenduri rakyat yang merayakan keberkahan dan kerukunan. Dalam kenduren mengusung spirit egaliter sehingga tidak ada sekat antara tua-muda, kaya-miskin, atau pendatang dan warga asli.

Semua orang bergembira bersama turut menikmati nasi berkat sebagai lambang penyatuan niat untuk menjaga lingkungan bersama.

“Di sinilah nilai spiritual muncul, makan bersama sebagai ritual memperkuat ikatan sosial dan niat baik menjaga bumi,” tegas Ki Demang.

Pemangku kepentingan

Selama proses ritual dihadiri Pelaksana Tugas Lurah Penanggungan, Amanullah Abror, Babinsa dan Bhabinkamtibmas, serta relawan BPBD, RT, RW, dan warga setempat.

Selanjutnya, Sarasehan Kali Brantas, menghadirkan seniman dan tokoh lokal seperti Winarto Ekram (Malang Dance), Ki Lelono, Oemi Solekha (Batu), dan Nanang (Celaket). Dalam sarasehan ini dibahas pentingnya pendekatan budaya dalam menjaga lingkungan, serta bagaimana seni bisa menjadi medium edukasi ekologi.

Pada kesempatan itu, Winarto Ekram mengapresiasi Festival Kali Brantas #4. Ia menjelaskan DAS Brantas di Kampung Gerabah ini bukan sekadar ruang apresiasi pelaku seni,. Tetapi, Kali Brantas telah menjadi urat nadi warga dalam berekpresi.

“Seniman sejati itu ya warga Bratas itu sendiri yang mengolah ekosistem di sini yang menjadikan tempat untuk berekspresi entah melalui tari, menyanyi, dongeng atau kerajinan gerabah yang turun temurun di olah di sini,” ucap Winarto yang menjabat Kabid Pemberdayaan Masyarakat Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Batu.

Gerakan kolaboratif

Festival Kali Brantas tahun ini digelar di tujuh kampung tematik, yaitu Kampung Keramik Dinoyo, Kampung Gerabah Penanggungan, Kampung Putih Klojen, Kampung Biru Arema Kidul Dalem, Kampung Tridi Kesatrian, Kampung Warna Warni Jodipan dan Kampung Lampion Jodipan.

Puncak acara pada pada Minggu (27/7). Pegiat kampung tematik dan masyarakat bersama Gugur Gunung Rijik-Rijik Kali Brantas, gerakan aksi bersih-bersih sungai secara serentak sebagai bentuk penghormatan pada Hari Sungai Nasional.

Beragam agenda budaya disiapkan di antaranya Nyanyian Arema Kali Brantas (musik akustik di Kampung Biru Arema), Kampanye Kali Brantas (tari dan nyanyian kolaboratif di Kampung Warna Warni dan Kampung Putih), Dolanan Lempung Brantas (permainan tradisional dari tanah liat di Kampung Gerabah dan Keramik Dinoyo).

Selain itu ada Nyadran Kali Brantas (ritual bersih-bersih sungai di Kampung Tridi), dan Wayang Topeng “Ronggeng Kali Brantas” (ruwatan malam di Kampung Warna Warni, oleh Kampung Budaya Polowijen)

Festival Kali Brantas #4 menjadi agenda wisata, panggilan batin untuk memuliakan sungai sebagai sumber hidup dan budaya. Larung Sesaji dan Kenduren Brantas menjadi refleksi kearifan lokal dalam merawat keseimbangan antara manusia, alam, dan spiritualitas.

“Di tengah tantangan lingkungan masa kini, festival ini mengingatkan kita bahwa merawat sungai berarti merawat masa depan,” pungkas Ki Demang.

Sumber: Pokdarwis Kota Malang

Editor: Bagus Suryo