Tugusatu.com- Masyarakat Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur, serentak memasak jenang dalam puncak acara ritual Merti Bumi. Tradisi itu dalam rangkaian Merti Bumi mengusung tema “Tulus Wigati Trustha ing Widhi,” yang berarti ketulusan, kesungguhan, dan kepercayaan kepada Tuhan.
Warga menggunakan wajan berukuran besar serentak memasak jenang di Lapangan Dusun Junggo, Sabtu (26/7). Kegiatan diikuti 18 Rukun Warga yang mengolah 4 ton bahan terdiri dari ketan, kelapa, gula merah, dan beras, semua bahan tersebut diambil dari hasil bumi lokal.
Setelah matang, jenang disajikan ke semua warga dan tamu undangan sebagai wujud melestarikan nilai-nilai gotong royong dan kepedulian antarwarga.
“Ini wujud syukur dan harapan agar masyarakat Tulungrejo senantiasa hidup guyub rukun, tenteram, dan desanya gemah ripah loh jinawi,” kata, Kepala Desa Tulungrejo, Suliono.
Suliono menjelaskan tradisi ini melambangkan rasa syukur, kekompakan, dan semangat kebersamaan warga desa. Selain itu, ritual sebagai bentuk penghormatan kepada bumi dan Yang Maha Kuasa, juga untuk memperkuat rasa solidaritas di antara warga.
“Filosofi njenang (memasak jenang) tentang kebersamaan. Rasa dan kekuatan akan tercipta melalui kesatuan,” katanya.
Pagi itu, warga bergembira bersama dalam spirit gotong royong dan kekeluargaan. Pagelaran seni dan budaya memeriahkan suasana menjadi daya tarik wisata.
“Tradisi seperti ini sebagai pengingat bahwa budaya adalah identitas dan kekuatan desa. Tulungrejo membuktikan kearifan lokal tetap relevan dan dibutuhkan,” ujarnya.
Wakil Wali Kota Batu, Heli Suyanto, mengapresiasi komitmen Pemerintah Desa Tulungrejo dalam menjaga dan melestarikan warisan leluhur yang bernilai tinggi. Heli hadir guna melestarikan budaya bersama masyarakat.
“Saya sangat bangga dengan Desa Tulungrejo yang mampu menyelenggarakan acara sebagai bentuk syukur dan pelestarian budaya. Ini contoh konkret uri-uri tradisi yang mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat,” tuturnya.
Heli menekankan kekuatan budaya sejalan dengan visi Kota Batu sebagai kota wisata berbasis alam, budaya, dan spiritualitas. Dalam konteks Merti Bumi Tulungrejo, lanjutnya, bukan hanya sekadar perayaan tahunan, tetapi juga fondasi sosial yang mengajarkan pentingnya hidup dalam harmoni.
“Tradisi ini menyatukan warga dalam kerja kolektif, mempererat hubungan antargenerasi, sekaligus memperkuat kesadaran akan pentingnya menjaga alam sebagai sumber kehidupan,” pungkasnya.