Memahami Sejarah Bank Indonesia Lewat Museum BI

Pemandu Museum BI, Trie Kanthi Wigati, tengah menerangkan tentang proses pembangunan DJB di Museum BI, Selasa (23/9/2025).
Pemandu Museum BI, Trie Kanthi Wigati, tengah menerangkan tentang proses pembangunan DJB di Museum BI, Selasa (23/9/2025).

Selasa (23/9/2025) siang, Museum Bank Indonesia (BI) di Jl. Pintu Besar Utara No.3, RT.4/RW.6, Pinangsia, Kec. Taman Sari, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 1111, ramai dikunjungi pengunjung.

Ada siswa, mulai dari TK hingga SMA/SMK, datang ke museum secara berombongan. Mereka dengan tekun mendapatkan penjelasan tentang sejarah ekonomi Indonesia dan peran BI dengan serius, meski tetap terkesan santai. Tentang arsitektur, ornamen gedung, lantai, serta koleksi-koleksi lain.

Pengunjung lainnya, 34 wartawan ekonomi asal Malang dan Probolinggo. Seperti pengunjung lainnya, mereka antusias mendengarkan penjelasan dari pemandu museum.

Hal itu dapat dimaklumi karena informasi yang disampaikan pemandu museum sangat penting bagi mereka, wartawan ekonomi. Informasi yang kaya dan langkah untuk dapat memahami sejarah ekonomi nasional secara visual.

Ada cara memahami sejarah ekonomi Indonesia dan peran Bank Indonesia (BI) didalami dengan baik biasanya dilakukan orang dengan membaca buku yang beragam dan membutuhkan waktu yang lama.

Namun ada salah satu cara yang perlu dipertimbangkan untuk dapat memahami sejarah BI dengan cepat dan visual, yakni dengan mengunjungi Museum BI.

Museum BI dapat menjadi wahana sumber informasi tentang sejarah Bank Sentral Indonesia yang terpercaya, informatif, modern, dan menarik dan tentu lebih visual yang dikelola secara profesional. ​

Masyarakat dengan cepat dan mudah mamahami sejarah Bank Indonesia dengan menarik dengan memanfaatkan teknologi informasi yang tepat guna mengenai fungsi dan peran Bank Indonesia dari waktu ke waktu, gedung cagar budaya milik Bank Indonesia dan benda-benda koleksi yang terkait dengan sejarah Bank Indonesia, termasuk pelestariannya, serta sejarah kebijakan Bank Sentral di bidang moneter, perbankan dan sistem pembayaran di museum.

Program Museum

Mengutip laman bi.go.id, ada banyak program yang dapat dimanfaatkan pengunjung untuk lebih memahami sejarah Bank Indonesia, yakni Jelajah Museum yang ditujukan bagi pengunjung rombongan untuk menambah wawasan dan pemahaman mengenai peran, fungsi, dan kebijakan-kebijakan Bank Indonesia, serta informasi koleksi numismatik dan arsitektur gedung.

Juga seminar yang diselenggarakan untuk mendiskusikan topik tertentu mengenai berbagai isu termasuk ekonomi, sejarah, seni, heritage, dan budaya; serta Pameran Temporer yang diselenggarakan secara temporer dengan mengusung berbagai tema antara lain numismatik, seni, budaya, dan industri kreatif.

Museum BI Goes To School (MGTS) merupakan kegiatan edukasi berupa pameran, pertunjukan, dan games yang dilaksanakan di sekolah/perguruan tinggi terpilih di berbagai wilayah di Indonesia. ​

Tata pamer yang tidak boleh dilibatkan pengunjung, yakni riuang Metamorfosis Logo Bank Indonesia, Ruang Emas Moneter, Ruang Numismatik, Immersive Cinema.

Museum BI pertama kali dibuka untuk umum pada 15 Desember 2006 oleh Gubernur Bank Indonesia, Burhanuddin Abdullah, selanjutnya diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono pada 21​​​ Juli 2009 dengan menambahkan dan menyempurnakan tata pamer, serta menerapkan teknologi multimedia interaktif.

Di museum tersebut, ada Ruang Auditorium digunakan bagi pengunjung rombongan, ataupun komunitas, sebagai tempat penyelenggaraan berbagai kegiatan seperti seminar/workshop/diskusi, dan edukasi publik.

Ruang Serbaguna terletak di lantai dasar, berbagai event seperti workshop, bazar, diskusi, ramah tamah dan masih banyak lagi diselenggarakan di ruangan ini.

Di Tata Pamer Temporer, beragam pameran tematik dan bazar diadakan di ruang ini pada periode waktu tertentu.​ Di Masjid Museum, pengunjung dapat beribadah di masjid yang dilengkapi penyejuk ruangan, selepas, atau sebelum jelajah.

Pengunjung tidak perlu khawatir memarkir kendaraan mereka, mulai dari sepeda motor, mobil, hingga bus dengan lahan parkir yang luas.

Pemandu Museum BI, Trie Kanthi Wigati, tengah menerangkan tentang proses pembangunan DJV pada masa kolonial Belanda saat menjadi pemandau romobongan wartawan Malang dan Probolinggo di Museum BI, Selasa (23/9/2025).
Pemandu Museum BI, Trie Kanthi Wigati, tengah menerangkan tentang proses pembangunan DJV pada masa kolonial Belanda saat menjadi pemandau romobongan wartawan Malang dan Probolinggo di Museum BI, Selasa (23/9/2025)

Pemandu Museum BI, Trie Kanthi Wigati, mengatakan museum tersebut merekam sejarah bank sentral juga sejarah ekonomi awal modern Indonesia yang dimulai masa kolonial Belanda, juga mata uang dipergunakan secara nasional dan daerah serta perkebunan, hingga kini.

Juga sejarah BI yang dimulai dengan pada masa kolonial, De Javasche Bank (DJB) yang kemudian saat Indonesia Merdeka DJB dinasionalisasi dan pada 1 Juli 1953 menjadi Bank Indonesia dengan Gubernur-nya yang pertama, Mr Syafruddin Prawiranegara.
Museum merekam pula asal-usul penggunaan kata rupiah, duit, dan uang. Sejarah devisa yang ditandai dengan emas batangan yang di museum ditampilkan replika emas batangan.

Walhasil, Museum BI mampu hadir dengan konsep kekinian, menggunakan teknologi multimedia, namun dalam beberapa hal tetap mempertahankan keaslian dari koleksi serta gedungnya.

Dengan koleksi yang otentik, lengkap, dan beragam terkait sejarah ekonomi Indonesia, terutama Sejarah Bank Indonesia, maka tidak heran Museum Indonesia banyak dikunjungi pengunjung untuk berbagai keperluan, mulai kepentingan belajar dari siswa sekolah, mahasiswa yang melakukan riset, wartawan, maupun profesional ekonom, serta wisatawan yang ingin berlibur, menghibur, namun pada saat yang sama mendapatkan ilmu pengetahuan.

“Pengunjung Museum BI setiap harinya mencapai 1.000 lebih,” katanya.

Informasi Dibutuhkan 

Pimred Adi di Malang, Agus Yuwono, sangat terkesan dengan koleksi yang disimpan di Museum BI. Informasi terkait Sejarah ekonomi dan Sejarah BI sangat melimpah.Banyak hal informasi terkait sejarah ekonomi dan BI yang selama ini tidak banyak ditulis, ternyata ada di sana. Dari koleksi di sana, dia mengetahui dengan sejarah perkembangan rupiah, termasuk peran dari BI dalam sejarah ekonomi nasional.

“Sangat terkesan dengan pemaparan dari pemandu museum. Koleksi museum juga luar biasa, lengkap. Saya terinspirasi untuk menulis sejarah uang,” ujarnya.

Wartawan Agropolitan TV, Saiful Akbar, menambahkan bagi wartawan ekonomi di daerah yang tidak terlalu intens dalam menggeluti soal-soal ekonomi, maka informasi tentang sejarah ekonomi dan peran BI dalam pembangunan ekonomi di Indonesia tentu sangat perlu dan penting.

Pemandu Museum BI, Trie Kanthi Wigati, tengah menerangkan tentang komoditas Perkebunan penting Nusantara pada masa kolonial Belanda di Museum BI, Selasa (23/9/2025).
Pemandu Museum BI, Trie Kanthi Wigati, tengah menerangkan tentang komoditas Perkebunan penting Nusantara pada masa kolonial Belanda di Museum BI, Selasa (23/9/2025).

Untuk keperluan itu, kata dia, maka perlu membacara buku dan jurnal-jurnal ilmiah. Problemnya, karena membahas ekonomi maka kajiannya banyak menggunakan istilah teknis ekonomi yang tidak mudah dipahami wartawan yang bukan spesialisasi ekonomi seperti di wartawan ekonomi di Jakarta.

“Karena itulah, mengujungi Museum BI, sangat membantu kami dalam memahami sejarah ekonomi dan peran BI didalamnya dengan cepat dan visual, sekaligus mudah karena dijelaskan dengan bahasa yang mudah dimengerti masyarakat umum oleh pemandunya,” ujarnya.

Literasi Sejarah Ekonomi dan BI

Ekonom Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Joko Budi Santoso, menilai Museum Bank Indonesia dengan semua kegiatan penunjangnya merupakan wujud nyata BI dalam mendukung secara penuh literasi masyarakat dengan dukungan fasilitas yang kekinian.

Hal ini, kata dia,  dapat menajdi benchmark bagi museum-museum modern yang dapat dikembangkan oleh swasta maupun pemerintah daerah dalam upaya meningkatkan literasi dan nasionalisme dengan tidak melupakan sejarah.

Dia menegaskan, BI merupakan salah satu kekuatan utama dalam menopang perekonomian melalui kebijakan bank sentral. Peran penting inilah yang harus disosialisasikan pada masyarakat secara berkelanjutan.

Deputi Kepala Perwakilan BI Malang, Dedy Prasetyo, menilai leberadaan museum BI sebagai salah satu sumber informasi dalam mempelajari sejarah ekonomi dan peran BI dalam ekonomi nasional perlu untuk diketahui masyarakat.

“Wartawan/media diharapkan dapat turut serta menginformasikan hal tersebut kepada publik,” ucapnya, berharap. (Choirul Anam)

 

 

 

Penulis: AnamEditor: Anam