Tugusatu.com- Universitas Brawijaya (UB), Kota Malang, Jawa Timur, siap menyediakan menu makan bergizi gratis program prioritas Presiden Prabowo Subianto.
Menu berbasis pangan lokal itu hasil riset sesuai kebutuhan nutrisi siswa pendidikan anak usia dini, SD, SMP, dan SMA. Termasuk menu untuk penanggulangan stunting atau tengkes.
“Kita bisa menyediakan satu opsi berbasis bahan pangan lokal dengan menghitung nilai gizi sesuai kebutuhan objek, yakni SD, SMP, SMA dan isu stunting di pedesaan,” tegas Dekan Fakultas Teknologi Pertanian UB Prof Yusuf Hendrawan, Sabtu (26/10).
Saat ini, UB memiliki buku-buku katalog pangan, diversifikasi umbi-umbian, dan pangan fungsional. Bahkan, kajian sudah ada sekaligus riset dan pengembangan pangan. Kini, hanya tinggal implementasinya.
“Kita bisa menciptakan menu-menu dan ukuran sesuai target,” katanya.
Menurut Yusuf, sehat itu tidak harus mahal, dan menjadi kenyang tidak harus dengan nasi dan terigu. Dengan harga Rp10.000 per porsi makanan bisa memasukkan pangan olahan berbahan porang, mi, ubi, bakso, ditambah sayur, serat dan protein.
“Itu tidak terlalu mahal. Porsi makan siang untuk anak SD dengan asupan gizi cukup, tidak perlu mahal,” ucapnya.
Karena itu, Yusuf berharap penerapan program makan bergizi gratis nanti ada satu hari menu berbasis pangan lokal sehingga tidak semuanya nasi.
Adapun yang menyediakan makanan sesuai menu sehat itu pelaku UMKM. Dengan demikian, program ini memberdayakan masyarakat. Saat ini, UB memiliki binaan 50 UMKM yang mampu mengolah makanan bergizi dan higienis. Mereka siap melaksanakan program prioritas nasional tersebut.
“Saya kira pangan fungsional bisa mengatasi stunting dan makan bergizi gratis. Itu bahannya tidak harus bahan pokok,” tuturnya.
Terkait hal itu, UB sudah menerapkan pada mahasiswa baru. Mahasiswa diberikan menu makanan berbasis pangan lokal seperti olahan umbi, tempe dan sayur. Berbagai jenis makanan itu bergizi dan nutrisinya cukup untuk aktivitas sehari. Ada juga makanan ringan yang fungsional untuk tubuh seperti jelly drink berbahan buah yang komponen utamanya memanfaatkan umbi porang kaya serat.
Dengan demikian, satu paket makanan bisa berisi minuman, snack, daun kelor, dan lainnya yang berbasis pangan lokal. Termasuk makanan ringan berupa getuk dengan minuman jamu berbahan jahe dan kunyit.
“Para mahasiswa bisa beraktivitas sehari mengikuti materi dengan baik dan sehat. Keesokan harinya, mereka beraktivitas lagi dan tetap sehat,” ucapnya.
Sedangkan penerapan makan bergizi gratis nanti tentu disesuaikan dengan targetnya, yakni makanan fungsional anak SMA lebih banyak karbohidrat, tapi anak SD dominan makanan mengandung protein.
“Riset, inovasi, pengembangan pangan, dan kajian sudah ada. Tinggal ingin mengimplementasikan atau tidak,” pungkasnya.