Universitas Brawijaya Ingatkan Program Makan Bergizi Gratis Berimbas Inflasi

Ketua Pelaksana Dies Natalis ke-62 Universitas Brawijaya, Abdul Ghofar menyerahkan bantuan benih cabai dan ubi jalar kepada kelompok urban farming di Kota Malang, Sabtu (26/10). Foto: Tugusatu/Bagus Suryo
Ketua Pelaksana Dies Natalis ke-62 Universitas Brawijaya, Abdul Ghofar menyerahkan bantuan benih cabai dan ubi jalar kepada kelompok urban farming di Kota Malang, Sabtu (26/10). Foto: Tugusatu/Bagus Suryo

Tugusatu.com- Universitas Brawijaya mendukung program makan bergizi gratis namun perlu mengantisipasi dampak program itu lantaran bisa menimbulkan inflasi. Pasalnya program prioritas Presiden Prabowo Subianto itu bakal membutuhkan bahan pangan yang sangat besar.

“Kita dukung program makan bergizi gratis, cuman cemas juga. Kenapa cemas, kalau makan (bergizi gratis) itu semua diseragamkan harus ada nasi, susu, telur, itu diterapkan secara nasional, maka kebutuhan akan tinggi, bersaing dengan kebutuhan di rumah,” tegas Rektor UB Prof Widodo saat acara Gerakan Konsumsi Pangan Lokal di kampus setempat, Sabtu (26/10).

Bila demikian, imbasnya bisa menimbulkan inflasi. Hal ini harus diantisipasi melibatkan semua pihak. Karena itu, Widodo mengajak masyarakat dan insan media massa turut mempromosikan dan mengampanyekan gerakan konsumsi pangan lokal menjadi bagian penting.

Upaya menyamakan persepsi publik itu bagian dari mengedukasi masyarakat, bahwa pangan lokal bukan saja nasi, telur, dan susu. Melainkan ada beragam produk olahan pangan bisa berbahan ubi jalar, singkong, porang dan lainnya.

“Saya khawatir kalau di sekolahan (saat pelaksanaan program makan bergizi gratis) tidak ada nasi, tapi adanya getuk, jadi viral,” katanya.

Untuk itu, UB turut berperan aktif mengedukasi masyarakat melalui seminar gerakan konsumsi pangan lokal bekerja sama dengan Badan Pangan Nasional (Bapanas).

Termasuk menyerahkan bantuan bibit cabai dan ubi jalar kepada kelompok urban farming di Kota Malang. Bantuan digulirkan kepada 113 kelompok urban farming berupa 620 bibit ubi dan 4.000 bibit cabai. Selain itu, UB mengembangkan riset pangan, gizi dan makanan olahan.

Pada kesempatan itu, Direktur Penganekaragaman Pangan Bapanas Rinna Syawal mengungkapkan Indonesia memiliki 77 sumber pangan sehingga beras bukanlah satu-satunya, akan tetapi ada bahan pangan lainnya seperti ubi jalar, ubi kayu, kentang, Porang, sorgum dan lainnya. Sumber pangan lokal itu bisa diolah menjadi sereal sorgum, tiwul mie, dan teknologi pangan lainnya yang lebih beragam.

Guna mengedukasi masyarakat, Bapanas getol menerapkan strategi mengadvokasi pemerintah daerah untuk menggali dan mengembangkan bahan pangan lokal berbasis daerah masing-masing.

Selanjutnya mendorong kementerian dan lembaga turut mendukung program diversifikasi pangan, sekaligus mengajak UMKM memanfaatkan bahan baku pangan lokal.

Reporter/Editor: Bagus Suryo

Penulis: Bagus SuryoEditor: Tim editor