Kepala Badan Pusat Statistik Kota Malang Umar Sjaifudin menyatakan kenaikan harga beras di tingkat konsumen tidak sebesar di petani dan penggilingan.
“Ini berkat upaya Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dalam mengendalikan inflasi melalui pasar murah dan operasi pasar. Juga adanya warung tekan inflasi mbois ilakes,” tegas Umar Sjaifudin, Jumat (1/3).
Umar menjelaskan inflasi bulanan di Kota Malang pada Februari 2024 sebesar 0,50% (month to month/mtm). Beras menyumbang inflasi tertinggi mencapai 0,31% (mtm).
Beras pula menjadi komoditas terbanyak mengalami inflasi periode 2021-2024. BPS memantau kenaikan harga beras semula Rp11.100 per kg menjadi Rp12.390 per kg. Selanjutnya, harga beras terus mengalami kenaikan hingga Februari 2024 menyentuh Rp15.500 per kg atau Rp77.500 per 5 kg.
“Beras merupakan komoditas terbanyak mengalami kenaikan harga,” ujarnya.
Umar mengungkapkan rerata harga beras di tingkat petani Rp8.000 per kg atau naik 10,66%, dan harga beras di penggilingan Rp14.000 per kg atau naik 11,39%.
Sedangkan pantauan kenaikan harga beras di tingkat konsumen hanya sebesar 8%. Fakta itu menunjukkan kenaikan harga beras di level konsumen tidak sebesar di petani dan penggilingan.
Menurut Umar, hal itu imbas intervensi Pemkot Malang bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) gencar menggelar pasar murah dan operasi pasar.
Keberadaan warung tekan inflasi mbois ilakes yang diinisiasi Penjabat Wali Kota Malang Wahyu Hidayat turut berkontribusi signifikan menstabilkan harga pangan pokok.