Tugusatu.com, MALANG- Pemerintah Kota Malang, Jawa Timur, bersiap masuk UNESCO Creative Cities Network atau Jaringan Kota Kreatif Dunia setelah kemajuan ekonomi kreatif (ekraf) signifikan menumbuhkan perekonomian.
Tim badan khusus PBB bidang pendidikan dan kebudayaan itu akan ke Kota Malang terkait penilaian Kota Kreatif Dunia.
“Ekraf ada 17 subsektor. Sudah kita persiapkan, bulan depan tim UNESCO akan turun. Semoga penilaiannya bagus,” tegas Penjabat Wali Kota Malang Wahyu Hidayat, Sabtu (4/5).
Wahyu menjelaskan Pemkot Malang sedang menyiapkan diri karena penilaian jaringan Kota Kreatif Dunia ini sangat krusial. Kriteria seleksi di antaranya kerajinan dan seni rakyat, desain, film, gastronomi, sastra, seni media dan musik.
“Kita ada persiapan ke sana, tim ekraf sudah menyiapkan, beberapa kali rapat, dua kali rapat saya pimpin, alhamdulillah bagus,” katanya.
Sejauh ini, kemajuan ekraf berimbas membuka lapangan pekerjaan sekaligus menyejahterakan masyarakat. Sebanyak 17 subsektor ekraf signifikan menyumbang pertumbuhan perekonomian Kota Malang. Pada tahun 2022, perekonomian Kota Malang tumbuh 6,32%. Pada 2023, ekonomi tumbuh 6,07%.
Sejauh ini, ekosistem ekraf terus bertumbuh dan berkembang. Para kreator muda menjadikan Malang Creative Center (MCC) sebagai rumah bersama. Kini, MCC menjadi pusat inkubasi yang melahirkan generasi baru ekraf nasional dan dunia.
“Pak Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Teten Masduki) melihat langsung (ekraf di Kota Malang), data sudah ada. Kota Malang progresnya paling baik,” ujarnya.
Survei ekraf
Kepala Bidang Pemerintahan dan Pembangunan Manusia, Bappeda Kota Malang Wilstar Taripar Sinaga mengungkapkan hasil survei Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ekraf tahun 2022 signifikan menumbuhkan perekonomian. PDRB ekraf berdasarkan harga berlaku mencapai Rp7.801,45 miliar.
Penyumbang terbesar pertama ialah subsektor kuliner sebesar Rp4.993,43 miliar atau 64,05%. Selanjutnya, subsektor kriya menjadi penyumbang terbesar kedua sebesar Rp856,09 miliar atau 11,01%. Penyumbang terbesar ketiga pada subsektor aplikasi sebesar Rp738,33 miliar atau 8,95%.
Adapun tiga penyumbang terkecil, yaitu seni rupa 0,10%, desain komunikasi 0,19% dan seni pertunjukan 0,57%.
Sedangkan hasil survei PDRB ekraf berdasarkan harga konstan mencapai Rp5.806,71 miliar. Subsektor terbesar adalah kuliner mencapai Rp3.743 miliar atau 64,50%, kriya Rp629,27 miliar atau 10,88% dan aplikasi Rp606,21 miliar atau 10,54%.
ISSN 3063-2145