Tugusatu.com, MALANG—Universitas Brawijaya (UB) menyatakan kesiapannya untuk memperkuat ekosistem Media Arts di Kota Malang melalui kegiatan akademik, jejaring internasional, serta inovasi teknologi kecerdasan buatan (AI) sebagai respons dan tanggung jawab bersama menyusul penetapan Malang sebagai UNESCO Creative City of Media Arts.
Rektor UB, Prof. Widodo, S.Si., M.Si., Ph.D.Med.Sc., mengatakan pengakuan UNESCO bukan hanya penghargaan, tetapi juga tanggung jawab bersama bagi seluruh elemen kota.
Dia menilai UB akan berperan sebagai pusat pengetahuan, riset, dan inovasi untuk memperkuat karakter kreatif Malang, sekaligus menjembatani seni, teknologi, dan masyarakat agar berjalan beriringan.
“Universitas Brawijaya melihat status baru Kota Malang sebagai UNESCO Creative City of Media Arts bukan sekadar pengakuan, tetapi juga tanggung jawab. UB akan berperan aktif sebagai pusat pengetahuan, riset, dan inovasi yang memperkuat karakter kreatif kota ini,” ujarnya di Malang, Sabtu (2/11/2025).
Selama beberapa tahun terakhir, kata dia, UB telah menjalin kerja sama dengan Pemerintah Kota Malang di bidang media arts dan pengembangan budaya digital. Kolaborasi tersebut meliputi kegiatan penelitian, pengabdian masyarakat, serta program pelestarian budaya berbasis teknologi.
Salah satu inisiatif penting adalah proyek digitalisasi warisan budaya yang melibatkan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UB, National University of Singapore (NUS), dan Pemkot Malang.
Melalui proyek tersebut, kawasan bersejarah Kayutangan dan komoditas kopi Malang diolah dalam format digital agar dapat diakses publik dan dijadikan bahan eksplorasi kreatif.
Prof. Widodo menjelaskan bahwa pendekatan media arts memberikan cara baru bagi generasi muda untuk memahami warisan lokal lewat teknologi.
“Digitalisasi budaya menjadi cara baru untuk mendekatkan masyarakat dengan sejarahnya. Media arts bukan hanya soal estetika, tapi bagaimana teknologi dapat memperkuat pelestarian,” katanya.
UB juga memperkuat perannya melalui Artificial Intelligence (AI) Center UB, pusat riset kecerdasan buatan yang diresmikan pada Januari 2025 oleh Menteri Komunikasi dan Digital. Fasilitas ini menjadi wadah pengembangan talenta digital dan riset interdisipliner yang mendukung transformasi teknologi di berbagai bidang, termasuk industri kreatif dan media digital.
AI Center UB dilengkapi infrastruktur superkomputer dan sistem komputasi berperforma tinggi untuk mendukung riset kolaboratif, seperti animasi berbasis AI, generative media, dan pengolahan data budaya digital.
“Pemanfaatan kecerdasan buatan kini menjadi bagian penting dari ekosistem kreatif. AI membuka peluang bagi pengembangan karya media, desain, hingga layanan kota yang berbasis teknologi,” kata Widodo.
Melalui kerja sama dengan Peking University, UB menjalin kemitraan dengan Prof. Dr. Yong (Hardy) Xiang, pakar kebijakan budaya dan pemegang UNESCO Chair on Creativity and Sustainable Development in Rural Areas. Dalam kapasitasnya sebagai akademisi, Prof. Hardy memberikan surat rekomendasi kepada UNESCO yang menyoroti kemajuan Malang dalam membangun ekosistem seni media yang inklusif dan berbasis komunitas. Ia juga menilai kehadiran universitas-universitas di Malang, termasuk UB, menjadi faktor penting dalam memperkuat pendidikan dan inovasi seni digital di kawasan ini.
Prof. Widodo mengatakan dukungan dari kalangan akademik internasional menunjukkan pengembangan media arts di Malang telah menarik perhatian global. Ia menegaskan pengakuan UNESCO merupakan hasil dari jejaring luas antara pemerintah, sektor swasta, komunitas seni, akademisi dan mitra internasional yang bekerja bersama menghidupkan ekosistem kreatif.
UB sendiri memiliki sejumlah program studi dan fasilitas yang mendukung pengembangan media arts. Di Fakultas Ilmu Budaya, terdapat Program Studi Seni Rupa Murni yang berfokus pada eksplorasi visual dan eksperimen media baru. Di Fakultas Ilmu Komputer, tersedia Laboratorium Multimedia yang digunakan untuk produksi animasi, film pendek, serta media interaktif.
Selain itu, Fakultas Vokasi UB, melalui Departemen Industri Kreatif dan Digital, juga menyiapkan sumber daya manusia yang siap bekerja di sektor industri kreatif dan teknologi komunikasi visual.
Dalam skala global, UB memiliki lebih dari 400 mitra internasional di berbagai benua. Jejaring ini menjadi modal penting untuk memperluas kolaborasi di bidang kreativitas dan pembangunan berkelanjutan. Salah satu inisiatif terbaru adalah pembentukan International Workstation in Creativity and Rural Development, hasil kolaborasi antara UB dan Peking University. Program yang akan diresmikan pada akhir November ini bertujuan menghubungkan kota dan wilayah pedesaan kreatif serta memperkuat jaringan riset dan inovasi global.
“Melalui program seperti International Workstation, kami ingin memastikan bahwa semangat kreativitas tidak hanya tumbuh di kota, tetapi juga menjangkau wilayah pedesaan,” kata Prof. Widodo.
Dia menambahkan, UB sejak lama mengusung visi ‘industri berbasis budaya’ yang menempatkan kreativitas dan kearifan lokal sebagai motor pembangunan berkelanjutan. Visi ini sejalan dengan semangat UNESCO Creative Cities Network, yang menekankan kolaborasi, inovasi, dan inklusivitas.
Widodo menegaskan, penetapan UNESCO hanyalah langkah awal bagi Malang. Konsistensi kerja sama antara pemerintah, kampus, komunitas, dan pelaku industri kreatif menjadi kunci agar manfaatnya dirasakan luas oleh masyarakat.
Sementara itu, Sekretaris Direktorat Kerja Sama UB, P.M. Erza Killian, S.IP., M.IEF., Ph.D., mengatakan UB cukup berperan dalam pencapaian status Malang sebagai kota UNESCO.
“Ada tangan dingin akademisi dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya, yang menjadi motor utama kolaborasi internasional bersama Peking University (PKU), salah satu universitas top dunia di bidang budaya dan industri kreatif,” katanya.
Dia mengatakan, dalam dua tahun terakhir, UB melalui FIB dengan dukungan penuh dari Divisi Globalizing membangun jejaring akademik dan profesional yang kuat dengan Peking University. Kolaborasi ini berfokus pada eksplorasi potensi industri budaya di Kota Malang, dengan tujuan besar menjadikan Malang pusat media art dan budaya kreatif di Asia Tenggara.
“Melalui serangkaian diskusi ilmiah, kunjungan lapangan, hingga program bersama, kedua institusi ini membantu evaluasi proposal pengajuan Malang ke UNESCO sebagai kota Media Art. Hasil kerja sama tersebut juga diwujudkan dalam reference letter resmi dari Peking University, yang memperkuat proposal Malang untuk masuk dalam jaringan bergengsi dunia tersebut.






