Tugusatu.com, MALANG—Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya (FPIK UB) melalui Badan Pengembangan dan Pengabdian Masyarakat (BPPM), menugaskan tim untuk memantau pemutihan karang di wilayah pesisir Jawa Timur.
Dosen FPIK UB, Pratama Diffi Samuel, yang juga Pemimpin Pemantaun Pemutihan Karang itu, menayakan pemantauan ini merupakan komitmen FPIK UB dalam mendukung upaya pelestarian ekosistem laut, serta menindaklanjuti surat Direktur Konservasi Ekosistem, Direktorat Jenderal Pengelolaan Kelautan Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia tertanggal 5 Mei 2025.
“Tim pemantauan terdiri dari enam mahasiswa, satu dosen pendamping, dan satu tenaga kependidikan. Mereka melaksanakan kegiatan monitoring di tiga lokasi utama. Yakni Pantai Bangsring, Kabupaten Banyuwangi (23–24 Juni 2025), Sendang Biru, Kabupaten Malang (26–27 Juni 2025), dan Pantai Pasir Putih, Kabupaten Situbondo (15–16 Juli 2025),” katanya, Jumat (4/7/2025).
Pemantauan dilakukan dalam bentuk survei lapangan selama dua hari di masing-masing lokasi. Tujuannya adalah untuk memperoleh data representatif terkait kondisi terkini pemutihan karang di wilayah tersebut.
Menurutnya, kegiatan ini juga melibatkan kolaborasi aktif dengan kelompok masyarakat pesisir setempat, seperti yang telah dilakukan bersama masyarakat Desa Bangsring di Banyuwangi.
“Kegiatan ini mencerminkan peran aktif FPIK dalam mendukung program pemerintah di bidang konservasi sumber daya kelautan, sekaligus sebagai bentuk penguatan sinergi antara akademisi, masyarakat, dan pemangku kepentingan dalam menjaga kelestarian ekosistem terumbu karang,” ujarnya.
Dekan FPIK UB, Prof. Asep Awaludin Prihanto, menegaskan kegiatan ini sejalan dengan komitmen institusional FPIK dalam mendukung pelestarian sumber daya kelautan secara berkelanjutan.
“Isu pemutihan karang merupakan cerminan nyata dampak perubahan iklim global terhadap ekosistem laut. Kami percaya bahwa peran aktif akademisi, khususnya dosen dan mahasiswa, sangat penting sebagai motor utama dalam upaya penanggulangan pemanasan global,” tegasnya.
Dia menekankan pula, keterlibatan sivitas akademika dalam kegiatan ini bukan hanya bentuk respons terhadap tantangan ekologis, tetapi juga merupakan bagian dari proses pendidikan transformatif.
“Melalui kegiatan monitoring ini, mahasiswa tidak hanya memperoleh pengalaman langsung di lapangan, tetapi juga dilatih untuk menjadi agen perubahan dalam pengelolaan lingkungan berbasis ilmiah dan partisipatif,” tambahnya.
FPIK UB juga memiliki unit unggulan yaitu Fisheries Diving School yang secara konsisten menjadi mitra aktif dalam kegiatan-kegiatan konservasi bawah laut. Sekolah selam ini dilengkapi dengan instruktur bersertifikat dan fasilitas pelatihan yang memadai, menjadikannya sebagai pusat pelatihan dan riset bawah air yang siap berkontribusi terhadap penelitian kelautan dan program-program pelestarian lingkungan.
Keterlibatan Fisheries Diving School dalam kegiatan pemantauan karang ke depan, kata dia, diharapkan dapat memperkuat kapasitas teknis dan ilmiah dalam memahami dinamika perubahan ekosistem laut tropis.
Dengan memadukan keilmuan, teknologi, dan kolaborasi lintas sektor, dia menegaskan, FPIK UB terus memperkuat peran strategisnya sebagai institusi pendidikan tinggi yang tidak hanya unggul dalam pembelajaran dan riset, tetapi juga aktif dalam pengabdian kepada masyarakat serta pelestarian lingkungan. Kegiatan pemantauan pemutihan karang ini menjadi bukti konkret bahwa perguruan tinggi dapat memainkan peran penting dalam menjembatani kepentingan akademik dan kebutuhan konservasi di tingkat lokal maupun nasional.
“Kegiatan tersebut merupakan salah satu bentuk dukungan UB terhadap pengembangan SDGs di bidang Kehidupan di Bawah Air atau SDG14,” ujarnya.