Tugusatu.com- Pesona tari Beskalan Putri Malang membuka riyoyo kupatan di Kampung Budaya Polowijen di Kota Malang, Jawa Timur. Selanjutnya, Mbah Rinto memandu tari Tembang Turi Turi Putih dan Salam Kerong dari Jowo Line Dance yang menghangatkan suasana. Lalu, mereka secara bergantian menyampaikan ucapan Lebaran.
Kampung Budaya Polowijen sengaja menggelar riyoyo kupatan dengan tampilan berbeda, akan tetapi penuh makna. Daerah lain biasanya merayakan tradisi riyoyo kupatan seperti arak-arakan gunungan ketupat keliling kampung yang berakhir di pelataran alun-alun. Ada pula yang di larung ke laut, juga tawuran ketupat.
Namun, Kampung Budaya Polowijen menggelar riyoyo dengan menebarkan pesan moral dan budaya yang mengedukasi generasi muda. Peserta merayakan riyoyoan dengan memasak kupat bersama di Pawon.

Riyoyo Kupatan rutin digelar pada hari ke-8 atau hari penutup Lebaran yang jatuh pada Senin 7 April 2025.
“Inilah cara kami memperkenalkan gastronomi ketupat dengan sentuhan seni budaya dan tradisi,” tegas penggagas Kampung Budaya Polowijen Isa Wahyudi akrab disapa Ki Demang.
Menurut Ki Demang, makanan bukan sekadar kuliner siap saji. Tetapi, makanan diolah lengkap dengan bahan baku yang tepat. Itu pun dalam membuat ketupat ada tata caranya. Begitu juga penyajian secara alami, tradisional, dan diolah di Pawon.
Anak-anak belajar membuat 12 model ketupat dan lepet. Selanjutnya, kupat, lepet, dan opor ayam dimasak dengan kayu bakar sampai matang butuh waktu sekitar 3 jam. Setelah matang, mereka makan bersama.
Acara ini dihadiri 50 orang dari berbagai perwakilan komunitas di antaranya Perempuan Bersanggul Nusantara, Srikandi Pemuda Pancasila, Komunitas Kebaya Indonesia, Jowo Line Dance, Kampung Hetitage Kajoetangan, Kampung Lampion, Forkom Pokdarwis Kota Malang, Komite Kebudayaan Kota Malang, serta beberapa budayawan senior Mbah Rinto, Mbah Karjo, Ki Lelono.
Mbah Karjo, Budayawan Malang, menjelaskan ragam dan bentuk ketupat, yaitu kupat luar, kupat bawang, kupat kodok, kupat sinto, kupat kepel, kupat kepala kerbau, kupat kepala ayam angudari, kupat burung merpati, kupat angsa, kupat jantung, kupat bantal, dan kupat kolibri. Ada varian lain, yakni kupat candi Borobudur.
“Kupat sebenarnya bagi orang Jawa bukan hanya hadir di momen Idul Fitri saja, tapi di setiap acara dan upacara tradisi orang Jawa selalu ada dan bentuk ketupatnya berbeda-beda sesuai kegunaan dan fungsi upacara,” tutur pria yang bernama asli Syamsul Subakri, Dalang Wayang Suket atau Mendong.
Riyoyo kupatan umumnya menggunakan kupat bentuk boto dan tumpeng. kupat berbentuk burung biasanya digunakan ketika akan tanam dan panen padi. Sedangkan ruwatan pakai kupat luwar.
Riyoyo kupatan di Kampung Budaya Polowijen ditutup dengan saling bersalaman dan bermaaf-maafan. Ki Demang membagikan uang Lebaran kepada 20 anak.
Sumber: Kampung Budaya Polowijen Malang