Ikan Lemuru Menghilang, Begini Penjelasan dan Solusi Guru Besar Oseanografi UB

Guru besar bidang oseanografi perikanan dan dinamika ekosistem laut Universitas Brawijaya (UB), Malang, Jawa Timur, Prof Aida Sartimbul. Foto: Tugusatu/Bagus Suryo
Guru besar bidang oseanografi perikanan dan dinamika ekosistem laut Universitas Brawijaya (UB), Malang, Jawa Timur, Prof Aida Sartimbul. Foto: Tugusatu/Bagus Suryo

Tugusatu.com- Fenomena menghilangnya ikan Lemuru dari kawasan Selat Bali sempat membuat heboh industri perikanan nasional. Bahkan, ikan pelagis kecil itu membuat produksi ikan lainnya merosot di perairan Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur.

Peristiwa pada 2018 lalu tersebut menjadi perhatian serius Guru besar bidang oseanografi perikanan dan dinamika ekosistem laut Universitas Brawijaya (UB), Malang, Jawa Timur, Prof Aida Sartimbul.

“Pernah pada tahun 2010, 2013 sampai 2018 ikan Lemuru menghilang di Selat Bali. Ikan yang kaya protein dan omega 3 ini menghidupi nelayan di Selat Bali dan Jatim,” tegas Prof Aida Sartimbul saat pengukuhan guru besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) UB, Kamis (30/1).

Saat itu ikan Lemuru yang menghilang membuat kolaps para nelayan. Bahkan, Indonesia sampai impor ikan guna memenuhi tingginya permintaan lantaran ada sekitar 50 industri pengalengan ikan mengandalkan pasokan dari Selat Bali.

“Ikan pelagis kecil seperti ikan Lemuru itu merupakan spesies kunci rantai makanan ikan tuna, tongkol, dan cakalang,” ujarnya.

Menurut Aida penyebab fenomena menghilangnya ikan Lemuru karena perubahan iklim yang berpengaruh pada organisme laut. Sampai akhirnya mempengaruhi pola ikan mulai metabolisme, adaptasi, pergerakan sampai perubahan secara genetis. Lalu, mengalami mutasi dan mati.

“Itulah dampak ketika biota laut gagal beradaptasi atas perubahan iklim,” katanya.

Karena itu, Aida membuat terobosan dengan menghadirkan pengelolaan holistik ekosistem laut melalui AIDA UB atau AI for dynamics ecosystem analisis from UB.

Tujuannya guna melindungi ekosistem laut, nelayan sekaligus mencegah kegagalan usaha perikanan di masa lampau.

Pasalnya, kegagalan usaha perikanan terjadi karena sebelumnya hanya berfokus pada optimalisasi alat tangkap, kapal, mesin kapal, dan ikannya saja, tapi tanpa mempertimbangkan faktor lingkungan sebagai tempat hidup spesies target.

AIDA UB menawarkan model strategi yang holistik, presisi, adaptif, dan cermat. Termasuk mengintegrasikan aspek dinamika ekosistem laut.

Teknologinya menggabungkan eDNA atau enviromental DNA, kecerdasan buatan, dan otomatisasi. Semua itu menyatukan data ekosistem kompleks yang merupakan interaksi antara sumber daya dan aktivitas penangkapan.

Sedangkan induksi teknologi kecerdasan buatan membantu kendala dalam perolehan, penyimpanan dan analisis big data seperti eDNA.

AIDA UB menjadi solusi mencegah kegagalan usaha perikanan seperti yang terjadi di masa lampau.

Penulis: Bagus SuryoEditor: Bagus Suryo