Tugusatu.com- Mengecek ulang arah kiblat menjadi bagian penting sebagai tolok ukur bagi umat Islam dalam melaksanakan salat. Kiblat itu menuju Ka’bah di Masjidil Haram.
Namun, rupanya ada indikasi arah kiblat masjid kurang tepat. Setidaknya dua hal menjadi penyebab, yakni pengukuran ditentukan dengan cara perkiraan, pokoknya menghadap barat atau mengacu kepada masjid yang sudah ada. Termasuk pengukuran yang dilakukan oleh tokoh adat atau masyarakat setempat belum tentu paham tentang ilmunya.
Karena itu, penting kiranya memastikan arah kiblat secara tepat dan benar. Berikut cara praktis menentukan arah kiblat masjid atau musala:
1. Salah satu metode sederhana untuk mengoreksi arah kiblat ialah dengan menggunakan bayangan matahari berada tepat di atas Ka’bah, Mekkah. Nah, pengukuran dengan cara tersebut dinamakan Rasydul qiblat atau Istiwa. Peristiwa itu muncul dua kali setahun pada 28 Mei jam 16:18 WIB dan 16 Juli 16:27 WIB. Saat itu, matahari melintas tepat di atas Ka’bah.
Adapun langkah-langkah menggunakan bayangan matahari ketika mengukur kiblat:
– Carilah dan gunakan benda atau tongkat yang lurus.
– Kemudian tongkat ditancapkan di atas permukaan tanah dan pastikan benar-benar tegak lurus.
– Tunggulah sampai waktu peristiwa Rasydul qiblat itu tiba, kemudian perhatikan bayangan tongkat pada waktu tersebut.
– Setelah itu, tandai ujung bayangan dan tarik garis lurus dengan pusat bayangan, baik tongkat atau bandul.
– Garis lurus yang menghadap dari ujung ke pusat bayangan merupakan arah kiblat untuk tempat tersebut.
2. Mencari informasi dari pihak yang berwenang atau ahli dalam pengukuran arah kiblat atau ulama ahli ilmu falak di wilayah setempat. Upaya ini penting karena mereka mempunyai keilmuan dan teknologi yang mumpuni.
Misalnya, di Kota Malang, terdapat Kementerian Agama dan Lembaga Falakiyah PCNU Kota Malang yang sering melakukan pengukuran arah kiblat di area tersebut.
Berikut langkah-langkah yang bisa dilakukan:
– Mengunjungi instansi yang berwenang. Dalam hal ini bisa di Kementerian Agama Kota Malang, Lembaga Falakiyah NU Kota Malang, atau lembaga yang lainnya.
– Membawa surat permohonan.
– Bersedia untuk mengantarkan tim pengukur arah kiblat ke lokasi yang dituju.
Penulis: Andhena Wisnu Wardana
Editor: Bagus Suryo