Tugusatu.com- Komunikasi adalah jantung dari setiap hubungan, baik personal maupun profesional. Lewat komunikasi, kita menyampaikan pikiran, perasaan, dan maksud. Tapi sering kali, tanpa sadar, kita justru melakukan kesalahan dalam berkomunikasi yang membuat pesan tidak sampai, atau bahkan menimbulkan salah paham dan konflik.
Yang menarik, sebagian besar kesalahan itu terjadi bukan karena niat buruk, tapi karena kita kurang sadar akan cara menyampaikan sesuatu.
Berikut ini adalah beberapa kesalahan umum dalam komunikasi yang sering tidak disadari, tapi berdampak cukup besar dalam keseharian kita.
1. Terlalu fokus pada respons, bukan pada mendengarkan
Salah satu kesalahan yang paling sering terjadi adalah mendengarkan hanya untuk merespons, bukan untuk memahami. Dalam banyak percakapan, alih-alih menyimak dengan sungguh-sungguh, kita diam-diam sedang menyiapkan balasan di kepala. Akibatnya, kita melewatkan emosi, konteks, atau makna mendalam dari apa yang dikatakan lawan bicara.
Mendengarkan yang baik adalah mendengarkan dengan penuh perhatian, tanpa menginterupsi, dan dengan niat memahami, bukan langsung membantah atau memberi solusi. Kadang orang cuma butuh didengar, bukan diceramahi.
2. Menggunakan asumsi sebagai fakta
Tanpa sadar, kita sering menarik kesimpulan terlalu cepat, bahkan sebelum lawan bicara selesai menyampaikan maksudnya. Kita membangun asumsi berdasarkan pengalaman, intuisi, atau perasaan sesaat dan memperlakukannya sebagai fakta. Misalnya, saat seseorang menjawab singkat di chat, kita langsung menyimpulkan bahwa dia marah atau malas merespons. Padahal bisa jadi dia sedang sibuk atau capek.
Asumsi seperti ini dapat merusak komunikasi, karena kita merespons sesuatu yang sebenarnya tidak pernah dikatakan atau dimaksudkan. Cara menghindarinya adalah dengan bertanya, bukan berasumsi. Klarifikasi jauh lebih sehat daripada menduga-duga.
3. Tidak peka terhadap bahasa tubuh dan nada bicara
Komunikasi bukan hanya soal kata-kata. Bahkan, lebih dari 70% makna dalam komunikasi disampaikan melalui bahasa non-verbal, seperti ekspresi wajah, intonasi, postur tubuh, dan kontak mata. Namun sering kali, kita terlalu fokus pada isi pembicaraan, dan melupakan isyarat non-verbal yang menyertainya.
Misalnya, seseorang berkata “enggak apa-apa” tapi dengan nada dingin dan wajah kecewa. Jika kita hanya menangkap kata-katanya, kita akan berpikir semuanya baik-baik saja, padahal tidak. Ketidaksinkronan ini bisa menimbulkan kesalahpahaman yang dalam. Maka dari itu, kepekaan terhadap isyarat non-verbal adalah kunci agar komunikasi berjalan dengan jujur dan efektif.
4. Terlalu banyak bicara, terlalu sedikit bertanya
Komunikasi yang sehat bukan tentang siapa yang paling banyak bicara, tapi siapa yang bisa membuka ruang untuk dua arah. Kesalahan umum lainnya adalah terlalu dominan berbicara tentang diri sendiri, tanpa memberi ruang untuk orang lain berbagi. Ini bisa membuat lawan bicara merasa tidak dihargai, atau bahkan jenuh.
Mengajukan pertanyaan yang tulus, mendalam, dan relevan bisa menjadi cara ampuh untuk membangun hubungan yang kuat. Orang suka merasa didengar dan diperhatikan. Bertanya bukan berarti kita tidak tahu, tapi menunjukkan bahwa kita peduli.
5. Mengabaikan konteks emosional
Salah satu hal yang sering dilupakan dalam komunikasi adalah kondisi emosional lawan bicara. Kita bisa saja menyampaikan pesan yang “benar”, tapi jika disampaikan di waktu yang salah atau dengan cara yang kaku, hasilnya justru jadi menyakitkan. Misalnya, memberi kritik saat seseorang sedang tertekan, atau bercanda saat orang sedang dalam suasana hati yang buruk.
Memahami konteks emosional berarti memperhatikan timing, suasana, dan kondisi psikologis. Komunikasi bukan hanya soal “apa” yang disampaikan, tapi juga “bagaimana” dan “kapan” kita menyampaikannya.
6. Kurang jelas dan langsung
Ironisnya, banyak dari kita berusaha terlalu sopan atau terlalu hati-hati, sampai akhirnya pesan yang kita sampaikan jadi kabur dan membingungkan. Kita takut menyinggung, takut disalahpahami, hingga akhirnya menyampaikan sesuatu dengan cara yang terlalu berputar-putar.
Padahal, komunikasi yang efektif menuntut kejelasan. Tidak harus kasar atau blak-blakan, tapi harus lugas dan tidak menimbulkan multitafsir. Gunakan kalimat sederhana, langsung ke inti, dan jika perlu, ulangi untuk memastikan pesan benar-benar dimengerti.
Komunikasi adalah keterampilan yang terus dipelajari seumur hidup. Meskipun terlihat sepele, kesalahan-kesalahan kecil dalam cara kita berbicara, mendengarkan, atau menanggapi bisa berdampak besar dalam hubungan, baik itu dengan keluarga, pasangan, teman, hingga rekan kerja. Dengan menyadari kesalahan-kesalahan umum seperti mendengarkan setengah hati, membuat asumsi, mengabaikan bahasa tubuh, hingga tidak peka terhadap emosi, kita bisa mulai memperbaiki kualitas komunikasi kita sehari-hari.
Karena pada akhirnya, komunikasi bukan hanya soal menyampaikan apa yang ada di kepala, tapi juga soal menyentuh apa yang ada di hati orang lain.
Referensi:
– Mehrabian, A. (1971). Silent messages (Vol. 8, No. 152, p. 30). Belmont, CA: Wadsworth.
– https://pucukmera.id/salah-tafsir-hasil-penelitian-7-38-55-rule-dalam-komunikasi/