Tip Hadapi Fenomena Kemarau Basah Agar Tubuh Fit

Fenomena kemarau basah yang jarang terjadi namun perlu diantisipasi dampaknya. Ilustrasi: Tugusatu/A. Arif
Fenomena kemarau basah yang jarang terjadi namun perlu diantisipasi dampaknya. Ilustrasi: Tugusatu/A. Arif

Tugusatu.com- Fenomena kemarau basah atau wet dry season terjadi ketika musim kemarau ternyata masih sering disertai hujan intensif, suatu kondisi langka namun membahayakan.

Di Indonesia, BMKG memperkirakan kemarau basah akan berlangsung hingga Agustus 2025. Cuaca lembap yang tidak stabil ini bukan sekadar mengganggu aktivitas sehari‑hari, tetapi memberi dampak signifikan terhadap kesehatan tubuh.

Berikut berbagai masalah kesehatan yang mungkin bisa muncul, penyebabnya, serta langkah mitigasi sederhana agar tubuh tetap fit.

Kemarau basah menimbulkan rangkaian cuaca ekstrem, dari panas siang hari yang menyengat, tiba‑tiba turun hujan dengan petir dan angin kencang. Kondisi ini memicu penurunan suhu drastis, meningkatkan risiko gejala pernapasan dan flu, serta membuat tubuh rentan terhadap jamur dan gatal di kulit.

Waspadai infeksi saluran pernapasan dan alergi

Perubahan suhu yang tiba‑tiba melemahkan daya tahan tubuh dan membuat seseorang rentan terserang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Perubahan kelembapan juga meningkatkan penyebaran jamur dan serbuk sari yang memicu batuk alergi dan iritasi saluran napas. Akademisi menyarankan masyarakat menjaga badan tetap hangat, bersihkan saluran udara, dan konsumsi makanan bergizi untuk memperkuat sistem kekebalan.

Risiko diare dan leptospirosis

Air hujan yang tergenang berpotensi terkontaminasi oleh limbah dan bakteri berbahaya. Ini meningkatkan risiko diare akut, terlebih bila air tidak dimasak dengan baik. Selain itu, leptospirosis, penyakit bakteri dari urine tikus, juga meningkat signifikan karena genangan air tersentuh langsung oleh manusia.

Kulit dan iritasi

Kelembapan tinggi pasca hujan bisa menyebabkan kulit lembap berkepanjangan, sehingga rentan terhadap dermatitis atopik, dermatitis kontak, dan infeksi jamur. Ahli dermatologi merekomendasikan penggunaan pelembap dengan bahan aktif seperti ceramide dan oat, serta hindari pakaian lembap agar kulit tetap kering.

Dehidrasi meski hujan

Hujan yang sering turun tidak selalu mengurangi risiko dehidrasi. Aktivitas luar ruangan, cuaca lembap, dan ketidakcukupan konsumsi air membuat tubuh cepat haus dan kering. Media lokal bahkan merekomendasikan minimal 3‑4 liter air per hari untuk menjaga hidrasi optimal.

Berikut langkah praktis untuk menjaga kesehatan selama kondisi ini: Tips aman selama kemarau basah

1. Bersihkan genangan air secara rutin (3M: menguras, menutup, mendaur ulang).

2. Perkuat imun tubuh dengan vitamin C, D, konsumsi buah sayur, serta hidrasi cukup.

3. Pastikan pakaian dan lingkungan kering, ayo jemur pakaian, buka jendela, pasang exhaust fan.

4. Lindungi saluran napas dan kulit: gunakan masker saat beraktivitas, pakai pelembap, dan hindari menggunakan pakaian lembap.

5. Pantau prakiraan cuaca BMKG, siapkan payung dan jas hujan saat keluar rumah.

Fenomena kemarau basah membawa begitu banyak tantangan kesehatan karena kondisi lingkungan berubah cepat. Mulai dari risiko DBD, ISPA, diare, hingga gangguan kulit, semuanya nyata membayangi. Namun dengan menjaga kebersihan lingkungan, meningkatkan daya tahan tubuh, dan tetap adaptif terhadap cuaca, kita bisa meminimalkan dampak buruknya.

Kunci utamanya adalah waspada dan proaktif. Tubuh sehat adalah investasi utama untuk menikmati hidup, meski cuaca tak menentu. Yuk, siap jalani kemarau basah dengan strategi cerdas agar tetap fit dan terlindungi!.

Referensi:

– https://www.metrotvnews.com/read/N0BC95lV-waspada-ini-deretan-penyakit-yang-sering-muncul-saat-kemarau-basah

– https://penanggulangankrisis.kemkes.go.id/masalah-kesehatan-akibat-kemarau-basah?utm_source=

Penulis: Ns. KhadijahEditor: Bagus Suryo