Tugusatu.com- Pemerintah Kota Batu (Pemkot Batu) berkolaborasi dengan Universitas Brawijaya (UB) mengembangkan aplikasi CooSae, sebuah platform digital yang dirancang untuk memperbaiki rantai pasok (supply chain) dan meningkatkan pendapatan petani.
Aplikasi ini dilengkapi dengan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) untuk memprediksi harga, menganalisis cuaca, dan memberikan rekomendasi waktu tanam serta panen terbaik bagi petani.
Inisiatif ini bermula dari pembahasan UB dan Pemkot Batu terkait hilirisasi riset dan inovasi untuk mendukung pengembangan sektor pertanian daerah.
Wakil Rektor IV UB, Prof. Andi Kurniawan, S.Pi., M.Eng., D.Sc., menjelaskan bahwa persoalan rantai pasok menjadi fokus utama sejak tahap diskusi awal.
“Dari pembahasan dengan Pak Wali Kota, muncul satu isu penting yang harus diselesaikan, yaitu supply chain,” ujarnya.
Menindaklanjuti kebutuhan tersebut, UB mengerahkan tim ahli yang dikoordinasikan Direktorat Teknologi Informasi untuk merancang aplikasi yang dapat membantu petani memahami alur rantai pasok, memprediksi harga, hingga memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI).
“Kami ingin aplikasi ini memberi informasi yang relevan sehingga bisa meningkatkan pendapatan petani,” kata Prof. Andi.
Pengembangan Aplikasi CooSae melibatkan tim khusus yang dipimpin Dr. Raden Arief dan Dr. Rosihan, serta bekerja sama dengan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) CooSae. Aplikasi tersebut kini sudah siap dikenalkan ke publik, namun pengembangannya akan terus berlangsung.
“Aplikasinya sudah ada dan real. Kami jalan dulu, kerja dulu, produknya jadi, baru kami konkretkan lewat Perjanjian Kerjasama,” jelasnya.
Tim pengembang CooSae Apps juga menyiapkan pengembangan fitur suara untuk memudahkan petani yang kesulitan melakukan input data secara manual.
“Cukup menekan tombol rekam, kemudian suara dianalisis AI dan ditampilkan sebagai tabel informasi,”kata Prof. Andi.
Terkait implementasi program, UB akan melibatkan Fakultas Pertanian, Fakultas Ilmu Komputer, dan Fakultas Teknik. Nantinya, program seribu sarjana Pemkot Batu dan kegiatan KKN UB akan diarahkan untuk mendukung pendampingan lapangan setelah aplikasi dinilai siap digunakan.
Wakil Wali Kota Batu, Heli Suyanto, menyampaikan aplikasi tersebut membawa konsep lebih luas daripada sekadar platform jual beli.
“CooSae bukan marketplace, tetapi sistem digital yang melihat cuaca, memprediksi perubahan harga, dan memberi rekomendasi waktu tanam terbaik,” jelasnya.
Menurut Heli, fitur-fitur dalam aplikasi ini dirancang memudahkan petani, termasuk integrasi AI untuk prediksi harga dan kemudahan input data.
“Petani tinggal menekan record, bicara, dan datanya otomatis diolah menjadi informasi,”katanya.
Ia menilai keberadaan CooSae dapat menjadi penghubung penting antara petani, pembeli, koperasi, dan pemerintah. Transaksi nantinya akan dijembatani oleh koperasi, yang akan dikembangkan sesuai kebutuhan lapangan.
“Aplikasi ini bisa menjadi jembatan semua pihak. Kita bisa mengambil keputusan berbasis data,”ujarnya.
Ia turut menyampaikan apresiasinya terhadap peran UB yang telah memfasilitasi pengembangan teknologi CooSae. Langkah tersebut sebagai inovasi yang signifikan dan meyakini bahwa kolaborasi antara kedua pihak akan berkembang lebih luas dan mendalam pada tahap berikutnya.
Politisi Partai Gerindra ini menyebut model bisnis berbasis agregasi yang ditawarkan CooSae berpotensi memberikan nilai tambah bagi produk petani.
“Produk bisa diambil, di-hold, ditingkatkan value-nya sebelum masuk pasar. Jika ini terealisasi, pengusaha lain bisa iri,” tuturnya.
Namun ia menegaskan perlunya sosialisasi, pelatihan penggunaan data, serta pendampingan dari UB agar aplikasi ini berjalan optimal.
Ia mencontohkan kasus petani yang membeli perangkat AI greenhouse namun kebingungan mengolah data harian yang masuk.
“Next step perlu dilakukan sosialisasi internal CooSae dan pendampingan dari UB. Ke depan mungkin ada penyesuaian aplikasi,” pungkasnya.






