Tugusatu.com- Dinas Kesehatan Kota Malang, Jawa Timur, mempertimbangkan penggunaan beras fortifikasi yang kaya vitamin dan mineral untuk penanganan stunting atau tengkes.
“Kita menunggu kajian, sebab penanganan stunting kita punya nutrisionis di puskesmas dan rumah sakit. Mereka memformulasikan pemberian makanan tambahan (PMT) di posyandu,” tegas Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang Husnul Muarif, kemarin.
Dalam konteks ini, Husnul menunggu rekomendasi dari ahli gizi terkait penggunaan beras fortifikasi yang telah diperkaya dengan nutrisi dan gizi.
Saat ini, Dinkes Kota Malang melanjutkan program pemberian makanan tambahan bagi balita, ibu hamil dan remaja dalam upaya penanganan stunting. PMT secara teknis memasok bahan pangan sesuai kebutuhan di posyandu.
Kendati anggaran PMT tahun ini menurun dibandingkan 2024, tetapi program dipastikan terus berlanjut. Yang jelas, penurunan anggaran PMT bukan lantaran terdampak kebijakan Inpres 1/2025 yang mengatur efisiensi anggaran pemerintah.
“Turunnya anggaran ini bukan karena refocusing atau efisiensi, akan tetapi karena angka stunting menurun,” ujarnya.
Husnul mengungkapkan anggaran PMT tahun 2025 ini Rp1,9 miliar ketimbang 2024 mencapai Rp2 miliar. Sejauh ini, Pemkot Malang terus melakukan intervensi penanganan tengkes karena program ini prioritas nasional. Intervensi melalui penanganan spesifik dan sensitif melibatkan perangkat daerah dan pemangku kepentingan.
Menurut Husnul, angka prevalensi tengkes di Kota Malang telah menurun sesuai Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024 di bawah Jatim dan nasional.
“Prediksi kami, prevalensi stunting Kota Malang di bawah 14%,” tuturnya.
Guna mencegah kasus baru tengkes, Dinkes gencar mengedukasi masyarakat. Termasuk menyalurkan PMT melalui posyandu untuk balita, ibu hamil dan remaja.
“Balita rawan kurang gizi umumnya kebanyakan dari keluarga menengah ke bawah,” imbuhnya.
Adapun data terkini prevalensi tengkes nasional sesuai SSGI tahun 2024 menurun 1,7% menjadi 19,8% dari semula 21,5%.