Tugusatu.com, MALANG– Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) aktif memberikan masukan untuk program sarapan bergizi gratis presiden terpilih 2024-2029 Prabowo Subianto.
“Setelah pertemuan di Malang, sekarang di Universitas Gadjah Mada,” tegas Sekretaris Umum GKSI Sulistyanto, Sabtu (1/6).
Sulistyanto menjelaskan program sarapan bergizi gratis menyatu dengan program susu untuk anak bangsa. Tujuannya agar generasi muda bangsa sehat guna mewujudkan sumber daya manusia unggul menuju Indonesia Emas 2045.
Dalam konteks ini, GKSI dilibatkan sejak awal untuk memberikan saran terkait data populasi sapi, produksi susu, produktivitas, kondisi peternak dan sumber daya. Termasuk kesiapan koperasi susu mendukung program tersebut.
Karena itu, masukan dari peternak, koperasi dan akademisi sangatlah dibutuhkan guna suksesnya pelaksanaan program.
“Program sarapan bergizi gratis bisa ditangani koperasi dari sisi kesiapan pengolahan dan produksi susu. Sebab koperasi sudah memproduksi susu segar dan produk susu pasteurisasi,” tegasnya.
Namun, tantangannya adalah kesiapan sumber daya peternakan rakyat yang masih dalam proses pemulihan imbas Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) menyerang sapi perah.
Menurut Sulistyanto, tercatat sekitar 50.000 ekor sapi mati secara nasional akibat PMK. Adapun indukan sapi yang ada perlu penanganan ekstra berupa pakan dan nutrisi dua kali lipat dari sebelumnya guna menjaga produktivitas. Tetapi, harga pakan yang mahal membuat beban peternak kian berat.
Bahkan, sebagian sapi perah berusia tua sehingga produksi susunya kurang optimal. Akibatnya, produksi susu nasional merosot usai wabah PMK. Produktivitas sapi yang pernah terserang penyakit itu hanya mampu menghasilkan 4 liter susu dari idealnya 13-15 liter per ekor per hari.
Sulistyanto mengungkapkan produksi susu di peternakan sapi rakyat di Jatim sedang merosot akibat PMK. Semula 1.300 ton per hari sebelum wabah PMK menjadi 850 ton per hari dengan total populasi sapi sebanyak 282.364 ekor.
Begitu juga produksi susu di Jabar merosot dari 500 ton per hari menjadi 310 ton per hari dari populasi 110.005 ekor sapi. Hal sama dialami Jateng, produksi susu anjlok dari 200 ton per hari menjadi 90 ton per hari dengan populasi sapi 101.288 ekor.
Apalagi harga susu dari koperasi ke industri pengolahan susu hanya dipatok Rp8.300 per liter. Sedangkan harga susu di peternakan Pasuruan, Jatim, Rp7.000-Rp7.500 per liter. Harga susu itu perlu penyesuaian agar peternak cepat bangkit dari keterpurukan sekaligus mengoptimalkan produksi susu nasional.
Solusinya, pemerintah dan industri pengolahan susu harus memberikan dukungan pada peternak. Caranya, peternak disubsidi pakan dan nutrisi. Selain itu, harga susu dinaikkan sehingga peternak cepat bangkit dari keterpurukan imbas PMK.
Di sisi lain, peternak kesulitan mengakses permodalan untuk bangkit pasca-PMK. Sebagian peternak mempertahankan sapi yang ada meski produksi susunya merosot. Peternak lainnya sulit menambah sapi baru.
Itu sebabnya GKSI mendorong pemerintah setidaknya menambah 65.000 sapi untuk memenuhi kebutuhan susu dalam program sarapan bergizi gratis.
“Jawa Timur butuh tambahan sapi perah 30.000 ekor, Jawa Tengah 13.000 ekor dan Jawa Barat 22.000 ekor,” ujarnya.
Reporter/Editor: Bagus Suryo