Pemerintah Kota (Pemkot) Malang, Jawa Timur, mencanangkan zero stunting atau tengkes pada 2024 nanti. Komitmen itu lantaran kinerja kelurahan dinilai terus membaik.
“Insyaallah, sekarang sudah banyak kelurahan yang zero stunting. Ini kurang sedikit lagi,” tegas Penjabat Wali Kota Malang Wahyu Hidayat, Minggu (17/12).
Wahyu mengatakan sudah mengevaluasi kinerja dengan mengumpulkan organisasi perangkat daerah, lurah dan camat. Materi evaluasi soal capaian kinerja sebelum dan sesudahnya. Kini, percepatan penanganan tengkes perlu inovasi lurah dan camat. Mereka yang mampu zero tengkes mendapatkan penghargaan.
“Sekarang angka persentase 8,9% itu potensi stunting, bukan yang terkena stunting. Intervensinya, balita diberi makanan tambahan dan makanan bergizi seimbang,” ucapnya.
Program pemberian makanan tambahan (PMT) sudah berjalan dengan sasaran 570 balita sebanyak tiga kali sehari selama 3 bulan berturut-turut dan pemberian kudapan pada 1.300 ibu hamil kurang energi kronis (KEK). Termasuk pemberian formula 100 untuk balita gizi buruk.
Dalam audit tengkes, faktanya percepatan penanganan memiliki sejumlah tantangan. Pasalnya, tim percepatan penurunan tengkes belum memiliki peraturan wali kota. Bahkan, cakupan anak yang ditimbang kurang dari 80%.
Selain itu, komitmen lurah perlu diperkuat terkait pemberian makanan tambahan 90 hari pada sasaran risiko tengkes. Juga belum ada data tengkes secara utuh. Itu sebabnya, perlu evaluasi menyeluruh di 57 kelurahan.