Tugusatu.com- Pedagang beras di Pasar Bunulrejo, Kota Malang, Jawa Timur, mengurangi kulakan lantaran fluktuasi harga beras dianggap tidak menentu atau sulit diprediksi sejalan daya beli yang agak menurun. Akibatnya, stok beras di kios menjadi merosot drastis.
“Harga beras sedang naik sejak setelah Idul Adha,” tegas pedagang beras di Pasar Bunulrejo, Supriyono, Jumat (4/7).
Ia mengungkapkan sebagai patokan, harga beras medium merek mentari kemasan 5 kg mengalami kenaikan semula Rp75.000 menjadi Rp77.000. Demikian juga beras komersial lainnya juga serentak terkerek. Adapun beras komersial yang dijual di kios pedagang ada 15 merek.
Para pedagang umumnya tidak mengetahui pemicu kenaikan harga ini yang mereka anggap membuat kondisi tidak memberikan kepastian. Menurut pedagang, dari sisi stok beras di penyuplai melimpah, tetapi faktanya justru harga beras naik.
“Pemicu kenaikan harga ini saya tidak tahu padahal stok melimpah dan harga bagus,” katanya.
Di sisi lain, penjualan beras agak stagnan lantaran konsumen menginginkan beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) yang harganya lebih murah. Namun, beras Bulog itu sudah tidak tersedia di pasaran.
Kondisi ini membuat pedagang menunda kulakan sehingga berakibat stok beras di kios berkurang sejalan dengan penurunan daya beli mencapai 59%. Biasanya, ia selalu menyetok beras berbagai merek sekitar 4 ton dari kulakan sepekan bisa empat kali. Kini, stok beras di kios miliknya hanya tersisa 1 ton.
“Harga beras sekarang tidak bisa diprediksi. Itu sebabnya pedagang sengaja tidak menyetok karena harga tidak menentu. Ini sejalan dengan animo pembeli menurun karena mereka mencari beras SPHP, tapi beras Bulog itu tidak ada,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Malang, Slamet Husnan Hariyadi mengatakan ketersediaan pangan di Kota Malang terkendali. Beras tersedia, bahkan petani begitu antusias panen padi menggunakan alsintan bantuan Presiden Prabowo Subianto.
Baru-baru ini, alsintan combine harvester untuk panen padi seluas 6000 meter persegi di Kelurahan Tegalweru, Kecamatan Kedungkandang. Wali Kota Malang Wahyu Hidayat menjajal langsung efektivitas mesin senilai Rp500 juta tersebut bersama petani untuk memanen padi. Harga gabah kering panen ada yang dijual ke Bulog Rp6.500 per kg, juga ada yang dikelola sendiri.
Tahun 2025, luas sawah atau luas tanam padi di Kota Malang 788 ha. Sedangkan produksi gabah sebanyak 15.000 ton dengan kebutuhan beras 4.111,60 ton per bulan
Guna menutup kekurangan cadangan pangan, Pemkot Malang bekerja sama dengan Bulog. Sebab, Kota Malang bukanlah daerah produksi padi, melainkan karakteristiknya sebagai daerah konsumen pangan.