Anak Alami Matthew Effect Punya Masa Depan Lebih Baik

Hal itu ditegaskan Education Cordinator Inovasi Jawa Timur-Australia-Indonesia Partnership, Anhar Putra Iswanto (kiri), saat memberikan kuliah tamu yang digelar oleh Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah Malang (PGSD UMM), Selasa (1/7/2025) lalu.
Hal itu ditegaskan Education Cordinator Inovasi Jawa Timur-Australia-Indonesia Partnership, Anhar Putra Iswanto (kiri), saat memberikan kuliah tamu yang digelar oleh Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah Malang (PGSD UMM), Selasa (1/7/2025) lalu.

Tugusatu.com, MALANG—Anak yang mengalami Matthew Effect akan berpotensi memiliki masa depan yang lebih baik.

Hal itu ditegaskan Education Cordinator Inovasi Jawa Timur-Australia-Indonesia Partnership, Anhar Putra Iswanto,  dalam kuliah tamu yang digelar oleh Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah Malang (PGSD UMM), Selasa (1/7/2025) lalu.

Menurutnya, Matthew Effect merupakan istilah tentang anak-anak yang memiliki kemampuan membaca akan cenderung membaca lebih banyak, sehingga semakin meningkatkan kemampuan membacanya. Mereka cenderung memiliki masa depan yang lebih baik.

“Jika melihat kondisi literasi secara umum di Indonesia, kita berada di peringkat 63 pada data Programme for International Student Assessment (PISA). Jauh di bawah Singapora, Malaysia, dan Thailand. Ini merupakan kondisi yang menyedihkan,” katanya.

Selama ini, kata dia,, literasi di Indonesia hanya dikaitkan dengan membaca. Padahal literasi tidak sekedar membaca, namun kemampuan untuk memahami, menggunakan, merefleksi dan berinteraksi dengan teks tulis agar seorang mampu meraih tujuan pribadi. Mengembangkan pengetahuan dan potensinya sehingga mampu berpartisipasi sebagai warga masyarakat.

Dia  juga menjelaskan terkait kemampuan numerasi di Indonesia. Hal yang diajarkan hanya sebatas kemampuan berhitung. Berdasarkan pengertian yang dikeluarkan oleh kementerian pendidikan.

Nnumerasi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seorang anak dalam menggunakan pengetahuan matematika yang dimilikinya dalam menjelaskan kejadian, mememecahkan masalah, atau mengambil keputusan dalam kehidupan sehari-hari.

Anhar juga menjelaskan tantangan yang akan dihadapi para pendidik, mulai dari sarana dan prasarana kurang memadai, keterlibatan kepala sekolah dan guru dalam meningkatkan semangat literasi hingga kebiasaan membaca.

Untuk mengatasinya, hal paling krusial adalah menyediakan guru berkualitas yang salah satu cirinya memiliki kemampuan story telling yang baik.

Anhar juga mengupas tentang growth mindset, sebuah istilah yang dikenalkan oleh Correl Deck, seorang psikologi Amerika. Kesimpulan dari penelitiannya menyebut bahwa keberhasilan dan kegagalan belajar ditentukan bukan oleh tingkat kecerdasan, tetapi oleh pola pikir yang berkembang (growth mindset).

Kaprodi PGSD UMM, Bustanol Arifin,  berharap materi kuliah tamu ini bisa dijadikan sebagai pengalaman baru dan wawasan baru. Utamanya dalam memnyusun strategi yang dapat diterapkan dalam mengajarkan literasi kepada siswa.

Melalui kegiatan ini, calon guru dapat mengembangkan strategi literasi yang kuat untuk membentuk generasi pembelajar yang kritis dan kreatif.

“Calon guru maupun guru dapat menanamkan kecintaan membaca dan menulis sejak dini. Calon guru dan guru bukan sekedar pendidik, tetapi juga pelita yang menyalakan semangat literasi di hati setiap anak,” tegasnya.

Penulis: Bagus Suryo Editor: Anam