Tugusatu.com- Menjadi penghulu di Kantor Urusan Agama (KUA) bukanlah pekerjaan yang mudah. Selain menjalankan tugas utama, seorang penghulu juga dihadapkan pada berbagai tantangan.
Salah satu isu utama yang muncul adalah integritas penghulu dalam menghadapi tradisi masyarakat yang kerap memberikan tanda terima kasih berupa hadiah.
“Sebagai penghulu, sudah menjadi kewajiban untuk menolak gratifikasi dalam bentuk apa pun. Pemerintah menegaskan pentingnya menjaga integritas dengan tidak menerima hadiah. Namun, tantangannya adalah tradisi masyarakat yang menganggap pemberian tersebut bukan sogokan, melainkan bagian dari budaya,” ungkap AH. Fauzi Qusyairi, Kepala KUA Kecamatan Klojen, Minggu (17/11/2024).
Di sisi lain, kata dia, kesejahteraan penghulu menjadi perhatian serius. Sistem pengelolaan dana Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sering kali menjadi penghambat.
“Hak kami, seperti tunjangan transportasi, sering tertunda. Contohnya, hak transpor penghulu dari Maret hingga Desember 2023 baru dibayarkan pada Agustus kemarin. Ini disebabkan oleh pengelolaan sistem yang belum optimal, dan kami hanya bisa bersabar,” tambahnya.
Tantangan lainnya, yakni pengelolaan administrasi penghulu yang belum berjalan dengan baik. Banyak tugas administrasi penghulu justru dikerjakan oleh staf KUA lain yang tidak menerima jasa tambahan.
“Sebagai penghulu, kami harus berperan sebagai pemimpin dan manajer. Untuk menghargai staf yang membantu, kami sering memberikan apresiasi pribadi, seperti mengajak makan bersama atau memberikan insentif tambahan saat hari raya,” sambungnya.
Selain itu, kata Fauzi, keterbatasan sumber daya manusia (SDM) di KUA juga menjadi kendala besar. Idealnya, setiap kecamatan di Kota Malang membutuhkan minimal dua hingga tiga penghulu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat secara maksimal.
Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa jumlah tersebut masih jauh dari harapan.
Meski menghadapi berbagai tantangan, dia menyarankan, penghulu tetap berkomitmen untuk menjalankan tugasnya dengan profesionalisme dan integritas tinggi.
Menurutnya, dalam keterbatasan, mereka terus berusaha memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat sambil berharap adanya perbaikan sistem dan kesejahteraan di masa depan.
Fenomena ini menunjukkan betapa kompleksnya tugas seorang penghulu. Tidak hanya menjadi saksi dalam pernikahan, tetapi juga harus mampu menjaga integritas, mengelola administrasi, dan memimpin tim dengan baik.
“Di tengah semua tantangan ini, penghulu tetap menjadi pilar penting dalam menjaga keabsahan pernikahan di Indonesia,” ucapnya.