Harga Pangan Terkendali, Kota Malang Mengalami Deflasi

Pedagang pasar Oro-Oro Dowo, Kota Malang, Jawa Timur, Ibu Giyanti. Foto : Dok. Tugusatu.com
Pedagang pasar Oro-Oro Dowo, Kota Malang, Jawa Timur, Ibu Giyanti. Foto : Dok. Tugusatu.com

Kota Malang, Jawa Timur, mengalami deflasi 0,23% (mtm, ytd) pada Januari 2024 daripada bulan sebelumnya inflasi 0,22% (mtm) karena harga bahan makanan relatif terkendali.

“Deflasi mtm Kota Malang lebih dalam ketimbang deflasi Jawa Timur dan nasional,” tegas Kepala BPS Kota Malang Umar Sjaifuddin dalam rilis daring, Kamis (1/2).

Dalam lima tahun terakhir, lanjutnya, Januari 2024 satu-satunya periode yang mengalami deflasi. Secara tahunan, Kota Malang mengalami inflasi 2,29% (yoy).

Deflasi periode Januari ini didorong oleh penurunan kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil -0,144% (mtm), kelompok transportasi -0,112% (mtm) dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar lainnya -0,001% (mtm). Deflasi lebih dalam tertahan oleh inflasi pada kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan andil 0,014% (mtm), kelompok penyediaan makanan, dan minuman/restoran 0,006% (mtm) dan kelompok kesehatan 0,005% (mtm).

Pendorong deflasi di Kota Malang karena penurunan harga cabai rawit, angkutan udara, cabai merah, bensin, dan telur ayam ras.

Peneliti Senior Pusat Penelitian Kebijakan Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Joko Budi Santoso mengatakan deflasi menunjukkan mulai terkendalinya harga pangan dan transportasi yang sempat mengalami kenaikan pada Desember 2023.

“Deflasi tidak mengindikasikan penurunan daya beli masyarakat, tetapi lebih pada normalnya pasokan sejumlah komoditas pangan. Begitu pula dengan aktivitas masyarakat juga mulai normal,” tuturnya.

Di sisi lain, pedagang di Pasar Oro-Oro Dowo Giyanti mengatakan daya beli masyarakat menurun. Ia mengungkapkan konsumen yang belanja di pasar itu berkurang semula 10 orang per hari menjadi 5 orang per hari.

Menurut dia, penurunan pembelian lantaran image pasar rakyat yang pembelinya kalangan menengah ke atas sehingga harga dibilang lebih mahal ketimbang pasar lainnya justru merugikan pedagang. Sebab, konsumen akan pikir-pikir bila belanja di pasar itu. Faktanya, pembeli justru kebanyakan kalangan menengah kebawah di pinggiran sekitar Oro-Oro Dowo. Sedangkan harga sama seperti pasar lainnya.