Tugusatu.com, MALANG- Pengurus Komunitas Relawan Emergensi Kesehatan Indonesia (KREKI) Malang Raya, Jawa Timur, masa bakti 2024-2028 resmi dilantik dengan Ketua Ganif Djuwadi, Selasa (21/5). Wilayah kerja KREKI Malang raya meliputi Kota Malang, Kabupaten Malang dan Kota Batu.
Pelantikan pengurus itu di Kampus 2 Institut Teknologi Sains dan Kesehatan (ITSK) Rumah Sakit dr Soepraoen Malang. Hadir dalam acara di antaranya Rektor ITSK, Dinas Kesehatan Pemprov Jatim, Dinkes Kota Malang, Kepala Rumah Sakit dan Kepala BPBD se Malang Raya, serta relawan.
“Semangat kolaborasi di KREKI Malang Raya sangat kuat karena terdiri dari berbagai unsur,” tegas Ketua Umum Pengurus Pusat KREKI Dr. dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS.
Supriyantoro menjelaskan KREKI sebagai organisasi komunitas relawan emergensi kesehatan mengabdikan diri pada tugas kemanusiaan. Hal itu tugas bersama sehingga kolaborasi dan sinergi menjadi yang utama.
“KREKI dalam mengemban tugas kemanusiaan menangkap mata rantai paling hulu,” katanya.
Menurut Supriyantoro, mitigasi menjadi penting mengingat penguatan sosialisasi, edukasi dan pelatihan diperlukan sekalipun tidak ada bencana.
Karena itu, upaya mengedukasi masyarakat harus berkelanjutan bersama pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya.
“Mutlak, KREKI sebagai ujung tombak harus mendukung dinkes dan BPBD. Kecepatan pertolongan sekarang berbasis aplikasi KREKI-119. Ada database dan pembinaan di dalamnya,” ujarnya.
Ketua KREKI Malang Raya Ganif Djuwadi menyatakan komunitas relawan emergensi kesehatan hadir di tengah masyarakat untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia agar warga memiliki kemampuan Bantuan Hidup Dasar (BHD) dan kedaruratan sehari-hari yang berkompeten. Sebab, ada banyak kasus insiden dan musibah yang terjadi dalam aktivitas sehari-hari sehingga pertolongan cepat dan tepat diperlukan guna mencegah korban cacat dan kematian.
Tetapi dalam banyak kasus, warga enggan bertindak, kalupun memberikan pertolongan mereka tidak memiliki kemampuan BHD dan kedaruratan sehari-hari. Padahal saat situasi mendesak diperlukan ketepatan dan kecepatan tindakan dalam memberikan pertolongan gawat darurat pada korban.
Keadaan situsi gawat darurat seperti kecelakaan lalu lintas, musibah, bencana alam dan penyakit akibat gaya hidup kurang sehat. Adapun sejumlah kasus, yaitu gangguan jantung, tersengat listrik, tersambar petir, tersedak benda asing dan tenggelam di sungai.
“Di Malang Raya sangat diperlukan upaya memberikan pertolongan pertama karena rencana kontingensinya bencana banjir, orang hanyut di sungai dan tenggelam. Sesuai kurikulum memadukan materi dengan SAR (search and rescue) atau pencarian dan penyelamatan,” tuturnya.
Reporter/Editor: Bagus Suryo
ISSN 3063-2145