Tugusatu.com, MALANG– Sebesar 11% kualitas air di Kota Malang, Jawa Timur, kategori tidak aman dikonsumsi menjadi salah satu penyebab stunting. Air tidak aman dikonsumsi karena tercemar bakteri Escherichia coli atau Ecoli. Bakteri itu bisa menimbulkan penyakit diare terutama pada anak.
“Hasil pengukuran sebesar 89% air di masyarakat kategori aman dikonsumsi. Sisanya tidak aman, salah satunya karena bakteri Ecoli,” tegas Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang Husnul Muarif, Sabtu (8/6).
Husnul menjelaskan air yang aman dikonsumsi dari layanan air minum Perumda
Tugu Tirta Kota Malang. Adapun air yang tidak aman lantaran tercemar bakteri dari sumur gali dan sumur artesis atau sumur bor.
“Di Kota Malang ada sekitar 100 sumur gali. Kalau yang pakai artesis kebanyakan di Kecamatan Kedungkandang, perlu rutin pengukuran kualitas air,” katanya.
Dalam audit stunting baru-baru ini terungkap penyebab balita tengkes akibat perilaku warga buang air besar sembarangan (BABS) sebesar 36%. Tertinggi justru paparan rokok pasif sebesar 93,8% menyusul balita tidak menerima air susu ibu eksklusif sebesar 28,4%. Sedangkan riwayat kehamilan ibu dengan kekurangan energi kronis sebesar 16,9%.
Perilaku BABS sejalan dengan fasilitas sanitasi yang perlu peningkatan. Karena itu, Pemkot Malang berupaya menekan angka stunting dengan cara memperbaiki sarana prasarana sanitasi di masyarakat.
“Kami bekerja sama dengan Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman dalam hal rumah sehat,” ujarnya.
Upaya itu guna meningkatkan kualitas air domestik beserta sumber airnya. Termasuk penanganan fasilitas air limbah. Dalam hal ini, Dinkes juga bekerja sama dengan Perumda Tugu Tirta Kota Malang memberikan sambungan air gratis pada keluarga rawan tengkes.
Bahkan, Dinkes rutin mengecek kualitas air yang dikonsumsi warga. Hasilnya, air yang tercemar bakteri Ecoli terutama sumur gali dan sumur artesis atau sumur bor.
Angka prevalensi stunting di Kota Malang sesuai data bulan timbang di posyandu periode Januari-Februari 2024 prevalensi balita tengkes turun menjadi 8,38% atau 2.997 anak dari sebelumnya 8,57% atau 2.998 anak.
Reporter/Editor: Bagus Suryo
ISSN 3063-2145