Mahasiswa UMM Asal Afrika Kagum Budaya Ramadan di Indonesia

Boubacar Demba Barry, seorang mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) asal Guinea, Conakry, Afrika Barat. Istimewa
Boubacar Demba Barry, seorang mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) asal Guinea, Conakry, Afrika Barat. Istimewa

Tugusatu.com, MALANG—Boubacar Demba Barry, seorang mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) asal Guinea, Conakry, Afrika Barat, merasa kagum dengan budaya Ramadan di Indonesia yang unik dan kaya.

Demba yang telah tinggal di Indonesia selama enam bulan, mengungkapkan bahwa durasi puasa di Guinea dan Indonesia tidak jauh berbeda, yakni sekitar 15 jam. Namun, ada satu hal yang cukup kontras baginya.

“Di negara asal saya, orang berpuasa di musim kemarau dengan cuaca yang panas, sedangkan di Indonesia, berpuasa di musim hujan dengan suhu yang lebih dingin,” ujarnya. Selasa (18/3/2025).

Selain perbedaan musim, dia juga menemukan bahwa ada tradisi unik yang hanya ada di Indonesia. Salah satunya adalah kegiatan ngabuburit sebelum berbuka dan sahur on the road.

Di Guinea, tidak ada tradisi seperti itu. “Biasanya, orang-orang hanya berkumpul di kedai kopi setelah bekerja untuk mengobrol hingga waktu berbuka tiba, tetapi tidak ada acara kumpul-kumpul khusus untuk berbuka atau sahur,” tambahnya.

Meskipun begitu, dia merasa puas menjalani Ramadan di Indonesia. Cuaca yang lebih sejuk membuatnya lebih nyaman berpuasa dibandingkan di negara asalnya.

Terkadang, dia bahkan tidak merasa sedang berpuasa karena perbedaan waktu dan cuaca yang lebih bersahabat. Namun, ada tantangan tersendiri yang ia rasakan, yaitu sulitnya menemukan makanan khas Guinea untuk berbuka puasa.

“Satu-satunya yang saya rasakan adalah kurangnya makanan yang biasa saya makan untuk berbuka puasa. Seperti lafidi, jenis makanan khusus yang saya sangat suka dan bubur yang terbuat dari beras atau jagung,” katanya.

Meski begitu, dia tetap menikmati kuliner Indonesia. Dari sekian banyak makanan yang dia coba, nasi goreng serta nasi putih dengan ayam goreng atau bebek goreng menjadi favoritnya karena easanya yang enak dan cocok dengan seleranya.

Pengalaman Ramadan di Indonesia bagi Demba tidak hanya memperkaya perspektifnya tentang budaya Muslim di negara lain, tetapi juga memberinya kesempatan untuk beradaptasi dengan tradisi baru.

“Saya sangat menikmati Ramadan di sini. Meskipun ada beberapa hal yang berbeda, tetapi saya merasa nyaman dan bisa berpuasa dengan baik, saya berharap selama bulan Ramadan ini memohon kepada Allah SWT agar selalu memberikan kesehatan, akhlak dan karakter yang baik untuk menjalankan kewajiban agama ini. Semoga Allah SWT menerima doa-doa kita. Selain itu, agar saya dapat terus beradaptasi dengan cepat terhadap lingkungan dan realitas baru di Indonesia.”

Pengalamannya menjadi cerminan bagaimana Ramadan tetap terasa istimewa di mana pun seseorang berada. Dengan berbagai perbedaan budaya dan tradisi, semangat ibadah dan kebersamaan tetap menjadi esensi utama dalam menjalani bulan suci ini.