Ketua PP Muhammadiyah: Banyak Warga Muhammadiyah Salah Kaprah Pandang Budaya

Ketua PP Muhammadiyah, Agung Danarto (kiri) pada Pengajian Ramadan dan Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) di Universitas Muhammadiyah Malang, Rabu (5/3/2025). Istimewa
Ketua PP Muhammadiyah, Agung Danarto (kiri) pada Pengajian Ramadan dan Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) di Universitas Muhammadiyah Malang, Rabu (5/3/2025). Istimewa

Tugusatu.com, MALANG—Banyak warga Muhammadiyah yang salah kaprah dalam memandang budaya, yakni menganggap keterlibatan budaya dalam agama dapat menimbulkan unsur takhayul, bid’ah, dan khurafat, sehinga mereka banyak yang menjauhi budaya, bahkan menjadi anti budaya.

Ketua PP Muhammadiyah, Agung Danarto, menegaskan hal itu  dalam  Pengajian Ramadan dan Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) di Universitas Muhammadiyah Malang, Rabu (5/3/2025).

Menurutnya, terdapat dua aliran dalam Islam yang berpengaruh terhadap pandangan ini, yaitu puritanisme yang dipelopori oleh Muhammad Ibnu Wahab, dan Islam Modernisasi yang diprakarsai oleh Muhammad Abduh.

“Islam puritan menekankan pada penghapusan segala hal yang berhubungan dengan tradisi dan budaya, dan kembali meniru apa yang ada pada masa Nabi dan sahabat. Dalam pandangan mereka, tradisi yang tidak ada pada zaman Nabi dianggap sebagai bid’ah,” jelasnya

Di lain sisi, Danarto juga menjelaskan bahwa pendekatan yang dilakukan oleh kaum modernasi dalam Islam adalah dengan meneliti hadist-hadist Nabi, memverifikasi keasliannya, dan hanya mengamalkan yang dinyatakan sahih.

Menurutnya, langkah tersebut dilakukan agar umat Islam dapat menerapkan etika, moral, dan tradisi pada masa Nabi dalam kehidupan sehari-hari.

Dia juga menekankan bahwa istilah bid’ah atau inovasi tidak seharusnya digunakan untuk menolak segala bentuk perkembangan dalam masyarakat, termasuk pengetahuan, filsafat, dan ilmu politik.

Bid’ah harus dipahami dalam konteks nilai-nilai dasar, moral, dan karakter yang terkandung dalam ajaran Islam, bukan pada bentuk atau praktiknya saja.

“Merujuk pada surat Al-Hujurat ayat 13, eksistensi berbagai budaya, suku, dan bangsa, dan menekankan bahwa budaya yang sesuai dengan nilai-nilai Islam harus diterima dan dihargai. Budaya bukanlah sesuatu yang harus dihilangkan, melainkan harus dipahami dan diselaraskan dengan ajaran Islam,” jelasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Rektor II UMM,  Ahmad Juanda, mengatakan Muhammadiyah tidak hanya bisa berdakwah melalui ceramah atau tabligh, tetapi juga dapat melibatkan budaya sebagai sarana dakwah.

“Muhammadiyah dapat berdakwah melalui budaya dengan mentransformasi nilai-nilai yang sudah ada dan mengemasnya dalam konsep yang lebih berkemajuan, Melalui budaya yang berkemajuan, dakwah Muhammadiyah akan semakin menarik bagi banyak orang,” ucapnya.

Penulis: Bagus Suryo Editor: Anam