Asosiasi Perajin Peringati Hari Batik di Candi Jago

Perajin gelar karya motif batik di pelataran Candi Jago, Sabtu (12/10). Foto: Dok. Asosiasi Perajin Batik Kota Malang
Perajin gelar karya motif batik di pelataran Candi Jago, Sabtu (12/10). Foto: Dok. Asosiasi Perajin Batik Kota Malang

Tugusatu.com- Asosiasi Perajin Batik Kota Malang, memperingati Hari Batik Nasional di situs cagar budaya Candi Jago di Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (12/10).

Di Candi Jago, para pegiat batik melakukan tutorial mengenakan kain jarik 8 model dan batik show spesial pertunjukan 30 model.

Termasuk kelas mencanting dan sarasehan dengan tema Eksplorasi Batik Malang Bermotif Binatang pada Relief Tantri Kamandaka di Candi Jago.

Gelaran ini bekerja sama dengan SMAN 1 Tumpang. Juga mengundang komunitas perajin batik dari Kabupaten Malang.

Owner Batik Blimbing, Wiwik Niarti berkesempatan memberikan tutorial 5 model mengenakan kain jarik kepada 25 model dari SMAN 1 Tumpang.

“Prihatin ya pemakaian kain jarik dan kebaya sudah banyak keluar pakem, apalagi itu di atas paha dibuat senam, joget pargoy. Itu sungguh tidak sopan,” tegas Wiwik Niarti.

Wiwik yang juga wakil Kepala SMK 1 Muhammadiyah Malang mengatakan generasi muda sepatutnya mengenakan kain yang lebih anggun sesuai dengan situasi dan peruntukan acara.

Selanjutnya, Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Malang Rakai Hino Galeswangi menjelaskan sejarah Candi Jago.

“Ini Candi Jago yang paling kaya cerita reliefnya, para perajin batik bisa mengambil relief dan ragam hias di sini,” kata Rakai Hino Galeswangi.

Rakai menambahkan relief candi bisa menginspirasi pembatik dalam membuat motif. Ada cerita Tantri Kamandaka, Aridharma, Kunjarakarna, Parthayajnya, Arjunawiwaha, dan Krisnayana.

Di candi peninggalan Kerajaan Singhasari itu, peserta kegiatan berkesempatan hunting atau mencari objek menarik foto motif binatang. Selain itu ada pula motif alam serta motif heritage yang diminati oleh perajin batik.

Ketua Asosiasi Perajin Batik Kota Malang Isa Wahyudi akrab disapa Ki Demang menyatakan kegiatan kelas berkain dan hunting foto di Candi Jago ini menjadi penting selain memperkenalkan eksistensi perajin batik, juga mempromosikan batik sekaligus edukasi mengenai kekayaan sejarah yang dapat menginspirasi perajin batik Malang.

“Malang memang manjadi salah satu tonggak peradaban di Jawa sejak era Medang, Kanjuruhan, Singhasari hingga Majapahit,” tuturnya.

Dalam konteks batik, Ki Demang memberi kebebasan pada perajin dalam menciptakan motif batik malangan sesuai ide dan kreativitas masing-masing perajin.

“Perajin Batik Malang memang kaya motif mulai dari topeng, tugu, teratai serta motif-motif yang dikembangkan dari daerahnya seperti Sukun dan Blimbing,” ujarnya.

Menurut Ki Demang, semua itu berkembang sesuai dengan minat dan pesanan. Jadi, sah-sah saja yang penting produktif.

“Ada motif paling tua, yaitu motif kawung yang kita dapati pada arca Prajnaparamita. Tinggalan relief arca dan ragam hias di Candi Jago juga bisa menjadi alternatif motif yang dapat dikembangkan oleh perajin batik Malang,” pungkas Ki Demang yang juga Ketua Forkom Podarwis Kota Malang dan anggota TACB Kota Malang.

Reporter/Editor: Bagus Suryo