Tugusatu.com- Arca seorang ibu yang menggendong anak peninggalan masa akhir Majapahit meningkatkan kesadaran siswa di Kota Malang semakin cinta sejarah dan kebudayaan.
Keberadaan benda purbakala koleksi Museum Mpu Purwa, Kota Malang, Jawa Timur, itu membawa pesan moral dan teladan dari para leluhur bangsa.
Selain arca, museum setempat memiliki koleksi masterpiece masa klasik, yaitu Prasasti Kanuruhan, Prasasti Muncang dan Prasasti Dinoyo 2. Alhasil, peninggalan sejarah ini pun mendorong minat siswa mendatangi museum.
“Minggu depan saya mengunjungi museum Mpu Purwa,” tegas Maulidya Hanifah, siswa kelas 8-2 SMP Negeri 3 Kota Malang, Jumat (20/9).
Maulidya mengatakan segera ke museum setelah mengikuti edukasi nilai-nilai sejarah dan budaya bagi generasi muda bangsa di era kekinian.
“Saya tertarik untuk mendeskripsikan arca dari segi visual,” katanya.
Pagi itu, Maulidya bersama ratusan siswa berkumpul di ruang Bintarloka I SMP Negeri 3 Kota Malang. Mereka begitu antusias mengikuti penguatan pendidikan karakter.
Kini, gerakan cinta sejarah dan museum di Kota Malang semakin atraktif karena Unit Pelaksana Teknis Museum Mpu Purwa Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang menerapkan edukasi yang menyenangkan di sekolahan dan masyarakat. Edukasi menghadirkan Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Kota Malang, Rakai Hino Galeswangi.
Rakai yang juga pengajar sejarah di Universitas Islam Internasional Darullughah Waddawah mengajak siswa berinteraksi dan berdialog lewat arca seorang ibu yang menggendong anak peninggalan masa akhir Majapahit. Para siswa begitu antusias dengan memberikan beragam pendapat.
“Arca ini ada di wilayah anak-anak. Banyak yang penting di barang peninggalan, salah satunya nilai tentang pendidikan, nilai karakter, nilai menghormati orang tua,” ujar Rakai.
Sejak zaman dahulu, para leluhur bangsa sudah mengajarkan betapa kasih sayang tulus seorang ibu kepada anak menjadi keutamaan. Kearifan lokal ini pula membuktikan bahwa nenek moyang masyarakat di Kota Malang sangat peduli terhadap isu feminisme. Pesan moral ini menjadi teladan bagi generasi muda sampai sekarang.
Rakai sengaja menghadirkan benda purbakala sebagai media pembelajaran agar siswa semakin minat pada museum, peninggalan sejarah dan kebudayaan. Termasuk menumbuhkan karakter yang menjunjung tinggi moral kehidupan.
Melalui arca tersebut, Rakai mengedukasi anak-anak muda tentang arti sebuah sejarah dan peninggalannya. Pengetahuan tentang nilai-nilai kebudayaan, lanjutnya, untuk melindungi mental dan perilaku anak muda di tengah gencarnya pengaruh dari lingkungan dan gaya hidup era kekinian.
Karena itu, pendidikan karakter sangat krusial guna melestarikan budaya bangsa dan memperkuat jati diri bangsa.
“Anak-anak usia mereka rawan, saya tanya tentang bahasa, hampir 100 persen mereka tidak tahu. Itu masih bahasa Jawa sehari-hari, bagaimana bahayanya coba, aksara itu dipelajari di Leiden, dipelajari di luar. Kalau sampai kita tidak mengenal cagar budaya itu, ya kita bakal payah. Kita kehilangan jati diri,” imbuhnya.
Sementara itu, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMP Negeri 3 Malang, Herianto mengatakan pengetahuan nilai-nilai kearifan lokal sangat penting sejak usia dini bagi generasi muda bangsa. Anak muda bisa belajar dan menggali nilai moral dari sejarah, kebudayaan dan koleksi benda purbakala di museum.
“Jangan lupa sejarah karena dengan sejarah itu bisa belajar hal-hal yang baik dan tidak baik. Misal sejarah Ken Dedes dan Ken Angrok, bagaimana mendirikan Singasari. Di situ ada nilai, siapa pun bisa punya peluang jadi pemimpin. Pesan moril banyak dipelajari dari sejarah. Jadi intinya sejarah itu mengulang kehidupan. Bisa saja terjadi pada kita,” ucapnya.
Selain memperkuat materi pelajaran IPS di kelas, para siswa akan diajak berkunjung ke sejumlah museum di Kota Malang.
Reporter/Editor: Bagus Suryo
ISSN 3063-2145