Kasus Kebakaran di LA Dinilai Perlu Dijadikan Jadi Pembelajaran Bagi Indonesia

Koordinator Bidang Pelatihan Penanggulangan Bencana Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) PP Muhammadiyah, Zakarija Achmat. Istimewa
Koordinator Bidang Pelatihan Penanggulangan Bencana Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) PP Muhammadiyah, Zakarija Achmat. Istimewa

Tugusatu.com, MALANG—Kasus Kebakaran di Los Angeles, Amerika Serikat, dapat menjadi pembelajaran bagi Indonesia karena lokasi seperti di Sumatera dan Kalimantan serta Bromo mirip kondisinya dengan LA.

Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang juga Koordinator Bidang Pelatihan Penanggulangan Bencana Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) PP Muhammadiyah, Zakarija Achmat, mengatakan kejadian itu dapat memberikan pelajaran penting dan relevan bagi Indonesia. Kondisi wilayah tersebut memiliki suhu tinggi, kondisi kering, dan angin kencang yang memperburuk risiko kebakaran.

“Los Angeles memiliki kondisi lingkungan yang mendukung penyebaran kebakaran seperti suhu tinggi, kelembapan rendah, dan angin kencang,” kata Zakarija yang juga Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jumat (17/1/2025).

Situasi ini serupa dengan apa yang sering terjadu di Kalimantan atau Sumatera saat musim kemarau. Kebakaran lahan dan hutan di Indonesia juga sering kali dipicu oleh faktor manusia, termasuk aktivitas yang ceroboh atau kelalaian. Sebagai contoh, kasus kebakaran di Gunung Bromo beberapa tahun lalu terjadi akibat api unggun yang dinyalakan di area terlarang

Menurut dia, mitigasi adalah langkah utama yang harus diprioritaskan dalam penanggulangan bencana kebakaran. Ia menekankan pentingnya mengenali potensi bahaya sejak dini.

Di lingkungan rumah tangga misalnya, risiko seperti kabel listrik yang terkelupas, penggunaan colokan yang tidak sesuai kapasitas, atau keberadaan bahan kimia mudah terbakar sering kali diabaikan. Selain pencegahan, kesadaran akan langkah tanggap darurat juga menjadi hal krusial.

Dia a mengingatkan masyarakat untuk tidak panik saat menghadapi kebakaran. Mengikuti instruksi penyelamatan dan utamakan keselamatan diri. Di samping itu juga harus memahami jalur evakuasi dan menjauh dari area berisiko tinggi, seperti tempat dengan vegetasi kering atau bahan mudah terbakar.

“Dalam hal penanganan korban kebakaran, perlu pendekatan holistik, mencakup aspek fisik dan psikologis. Luka bakar tidak hanya menimbulkan bekas di tubuh, tetapi juga sering menyisakan trauma mendalam. Kita harus mendukung mereka dengan tidak memunculkan kembali memori buruk atau memperparah kondisi psikologis korban melalui komentar yang tidak sensitif,” tambahnya.

Terkait peran MDMC Muhammadiyah, Zakarija menjelaskan bahwa edukasi masyarakat menjadi prioritas. Pelatihan dan simulasi kebakaran di berbagai daerah telah dilakukan untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat.

Dia juga mendorong rumah tangga untuk memiliki alat pemadam kebakaran sederhana dan memahami cara menggunakannya.

“Langkah kecil seperti ini dapat membawa dampak besar dalam mengurangi risiko kebakaran, saya berharap masyarakat semakin sadar akan pentingnya mitigasi sebagai langkah utama menghadapi bencana. Bencana mungkin tidak bisa kita cegah sepenuhnya, tetapi risiko dan dampaknya bisa kita minimalisir dengan langkah yang tepat,” ucapnya.

Penulis: Bagus Suryo Editor: Anam