Manfaat Daun Katuk Bagi Ibu Menyusui dan Bayinya

Dosen Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang, Jawa Timur, Dr Nurul Pujiastuti, S.Kep., Ns., M.Kes. Foto: Dok. Pribadi
Dosen Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang, Jawa Timur, Dr Nurul Pujiastuti, S.Kep., Ns., M.Kes. Foto: Dok. Pribadi

Oleh: Dr Nurul Pujiastuti, S.Kep., Ns., M.Kes | Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang

 

Masyarakat sudah sejak lama mengonsumsi Daun katuk (Sauropus Androgynus L. Merr) karena tanaman perdu itu memiliki banyak manfaat kesehatan. Tanaman ini selain berkhasiat herbal untuk pengobatan, nutrisinya bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Termasuk membantu meningkatkan daya tahan tubuh anak.

Di era kekinian, masyarakat diingatkan kembali manfaat daun katuk yang bernilai tinggi. Sebab, kandungan gizinya lebih tinggi ketimbang sayuran lainnya.

Menurut dosen Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang, Jawa Timur, Dr Nurul Pujiastuti, S.Kep., Ns., M.Kes, kandungan zat galaktogogue di daun katuk dapat meningkatkan produksi Air Susu Ibu (ASI). Hasil olahan daun katuk umumnya dalam berbagai hidangan dan sering dikonsumsi oleh ibu menyusui (Zhang et al., 2020).

Adapun kandungan steroid dan polifenol dalam daun katuk memiliki potensi untuk meningkatkan hormon prolaktin, hormon yang merangsang produksi ASI. Hormon prolaktin yang lebih tinggi dapat merangsang, mempercepat, dan memperlancar produksi ASI.

Tanaman daun katuk juga memiliki tingkat karotenoid tinggi dan mengandung zat aktif papaverin. Karena itu, daun katuk merupakan sayuran yang sangat kaya gizi, dengan kandungan protein mencapai 33,68%.

Kandungan karoten dalam daun katuk segar bahkan lebih tinggi daripada sayuran lainnya, yakni sekitar 10.020 μg per 100 gram daun katuk segar (Simanjuntak et al., 2013).

Daun katuk sebagai tumbuhan nabati juga bermanfaat untuk pengobatan herbal karena memiliki sifat yang merangsang produksi ASI dan meningkatkan kadar hemoglobin.

Di masyarakat, pemanfaatan tanaman ini sebagai sayuran yang bisa membantu meningkatkan produksi ASI. Kandungan nutrisi daun katuk seperti kalsium sebanyak 185 mg, zat besi sebanyak 3,1 mg, dan serat sebanyak 1,2 gram (Dewi & Astriana, 2019).

ASI yang diproduksi dengan bantuan daun katuk mengandung lebih banyak nutrisi. Hal itu sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi serta membantu meningkatkan daya tahan tubuh anak. Selain itu, kandungan protein dan vitamin dalam daun katuk dapat berkontribusi pada pertumbuhan fisik dan perkembangan otak anak.

Pengabdian masyarakat

Daun katuk bisa menjadi solusi penanganan stanting dan meningkatkan cakupan ASI eksklusif. Untuk itu, pemerintah harus gencar mengedukasi masyarakat secara berkelanjutan.

Dalam konteks ini, akademisi Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang melaksanakan pengabdian masyarakat (Pengabmas) di Desa Martopuro, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, pada Mei-Juni 2024. Saat Pengabmas di desa setempat, Dr Nurul Pujiastuti, S.Kep., Ns., M.Kes, sebagai Ketua Kegiatan sekaligus menjadi pemateri.

Kegiatan diikuti 40 kader posyandu di Balai Desa Martapura, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, pada Mei-Juni 2024. Kader posyandu menerima manfaat penyuluhan dan pelatihan tentang cara menjaga dan meningkatkan kualitas produk olahan lokal dari daun katuk.

Olahan lokal yang dihasilkan antara lain stik daun katuk, bolu daun katuk, nugget bandeng dengan daun katuk, dan makanan lokal lainnya berbahan dasar daun katuk yang telah diajarkan pada kegiatan pengabmas tahun lalu.

Dengan menjaga kualitas produk olahan lokal dari daun katuk, manfaatnya bisa menurunkan kejadian stunting dan meningkatkan produksi ASI ibu menyusui. Selain itu ada pilihan aneka ragam makanan lokal untuk pemberian makanan tambahan pada balita.

Tim Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang berharap, Desa Martopuro, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, menjadi desa sehat dan terbebas dari stunting dan cakupan ASI eksklusifnya meningkat.

Editor: Bagus Suryo