Takmir Masjid Al-Mukhlis Dinoyo Kembangkan Kemandirian Selain Kotak Amal

Masjid Al-Mukhlis Dinoyo
Masjid Al-Mukhlis di Jalan MT Haryono 112 Dinoyo, Kota Malang, Jawa Timur. Foto: Tugusatu/Nano Romadlon Auliya Akbar

Tugusatu.com- Masjid itu menyatu dengan toko di Jalan MT Haryono 112 Dinoyo, Kota Malang, Jawa Timur. Masjid dan toko dalam bangunan yang berdiri kukuh dua lantai, sepintas berbeda dengan rumah beribadah umat Islam pada umumnya. Di sinilah keunikan Masjid Al-Mukhlis.

“Masjid ini meskipun terlihat dari seberang jalan raya, tapi banyak orang yang tidak melihat akses tangga kecil yang bisa digunakan ke lantai atas,” tegas Ketua Takmir Masjid Al-Mukhlis, Dinoyo, Kota Malang, Syamsuddin, Kamis (8/8).

Ia menjelaskan bangunan dua lantai untuk masjid dan toko diresmikan tahun 2015 oleh mendiang KH. Tholchah Hassan, Menteri Agama periode 1999-2001.

Desain pembangunan sengaja di konsep seperti itu karena fungsi masjid semestinya adaptif di era kekinian. Yakni, selain untuk ibadah, edukasi dan kegiatan sosial keagamaan, juga untuk pemberdayaan masyarakat.

Sejak toko diresmikan bersama masjid, bangunan lantai pertama disewakan untuk usaha, yaitu kuliner, fesyen, sampai dengan elektronik. Hasilnya untuk kemakmuran masjid, yayasan pendidikan, organisasi sosial keagamaan hingga kemanusiaan.

Takmir mengelola kesejahteraan masjid dengan mengembangkan usaha sehingga tidak melulu mengandalkan hasil kotak amal.

Sementara itu, Penasehat Ketakmiran Masjid Al-Mukhlis, Nurul Hasanah mengatakan takmir konsisten berusaha membangun dan memperkuat kemandirian.

Dengan pengelolaan masjid yang produktif, harapannya masjid mampu memberikan dampak positif untuk mengurangi kesenjangan sosial di sekitarnya.

Kemandirian juga bisa berimbas kesejahteraan, setidaknya menyediakan rumah layak bagi takmir dan marbut.

Karena itu, Syamsuddin Noor dan Nurul Hasanah mendorong mahasiswa maupun remaja aktif menjadi takmir.

Kini, takmir Masjid Al-Mukhlis menggandeng Muslimat Nahdlatul Ulama Dinoyo dalam hal berbagai kegiatan keagamaan.

“Kita tetap menerima kegiatan sosial keagamaan dari saudara-saudara muslim lainnya. Karena masjid ini tidak
saklek harus se organisasi, yang terpenting untuk ibadah dan dakwah,” pungkas Syamsuddin.

Reporter: Nano Romadlon Auliya Akbar
Editor: Bagus Suryo