Suhu Dingin Ekstrem Munculkan Embun Upas di Gunung Bromo

Fenomena embun es atau frost di Lautan Pasir Gunung Bromo. Masyarakat Tengger sering menyebut embun es tersebut sebagai embun upas. Foto: Dok. BB-TNBTS
Fenomena embun es atau frost di Lautan Pasir Gunung Bromo. Masyarakat Tengger sering menyebut embun es tersebut sebagai embun upas. Foto: Dok. BB-TNBTS

Tugusatu.com, MALANG– Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) di Kota Malang, Jawa Timur, mengeluarkan imbauan bagi calon pengunjung agar menyiapkan diri terutama mereka yang memiliki riwayat penyakit asma. Pasalnya, di kawasan Gunung Bromo mengalami penurunan suhu udara secara ekstrem.

“Persiapan sebelum berwisata di Gunung Bromo itu dianjurkan menggunakan pakaian dan jaket tebal,” tegas Kepala Bagian Tata Usaha BB-TNBTS Septi Eka Wardhani dalam keterangan tertulis kepada wartawan, Senin (15/7).

Selain itu, lanjutnya, wisatawan harus memakai sarung tangan, sarung dan kupluk atau kerpus. Semua kelengkapan itu diperlukan lantaran saking dinginnya suhu udara bisa mencapai 5-9 derajat celsius.

Penurunan ekstrem suhu udara itu menyebabkan munculnya fenomena embun es atau frost di sejumlah titik. Masyarakat lokal atau Tengger sering menyebut embun es tersebut sebagai embun upas.

Fenomena seperti itu memang kerap terjadi khususnya di kawasan TNBTS khususnya saat musim kemarau. Adapun embun upas terjadi karena udara dingin akibat angin munson timur yang berembus dari Benua Australia.

“Bagi yang memiliki riwayat penyakit asma, harap berhati-hati dan menjaga kondisinya sebaik mungkin,” katanya.

Sedangkan embun es hanya dijumpai pada pagi hari atau sebelum matahari terbit dengan sempurna. Embun upas itu akan menghilang saat matahari mulai meninggi.

Kemunculan embun upas yang membeku menyerupai salju membuat kawasan wisata Gunung Bromo dan sekitarnya tampak semakin eksotis. Pemandangan kawasan Lautan Pasir Gunung Bromo terlihat memutih dan lebih menarik.

Di sisi lain, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak musim kemarau tahun 2024 di sebagian besar wilayah Indonesia terjadi Juli dan Agustus.

BMKG juga mengimbau kepada Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, institusi terkait, dan seluruh masyarakat untuk lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak musim kemarau terutama di wilayah yang mengalami sifat musim kemarau bawah normal atau lebih kering dibanding biasanya.

Wilayah tersebut diprediksi dapat mengalami peningkatan risiko bencana kekeringan meteorologis, kebakaran hutan dan lahan, dan kekurangan sumber air.

Reporter/Editor: Bagus Suryo
Sumber: BB-TNBTS