Tugusatu.com, MALANG– Pemerintah Kota Malang, Jawa Timur, menyiapkan kapasitas sumber daya manusia terampil para penyandang disabilitas agar mereka siap kerja dan mandiri.
Hal itu menindaklanjuti permintaan para orang tua dan forum disabilitas Kota Malang saat gelaran autis summit di kantor Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Malang (Dinsos P3AP2KB), Jumat (5/7).
“Yang disampikan teman-teman disabilitas khususnya teman autis tentang kedudukan mereka saat dewasa,” tegas Kepala Dinsos P3AP2KB Donny Sandito Widoyoko.
Ia menjelaskan intinya para difabel meminta upaya serius Pemkot Malang agar mereka kelak memiliki kemandirian.
“Kita sulit mewujudkan itu, tetapi kita tetap berusaha bekerja sama dengan BLK (Balai Latihan Kerja),” katanya.
Dalam konteks ini, Dinsos P3AP2KB berkomitmen menangani persoalan tersebut melalui musrenbang disabilitas. Termasuk melalui program pembangunan maupun bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jatim dan kementerian terkait.
Saat ini, penyandang disabilitas di Kota Malang sebanyak 575 difabel sensorik, 661 difabel intelektual, 1.474 difabel fisik dan 514 difabel mental.
“Ada bantuan peralatan kerja untuk usaha. Ada pula pelatihan di BLK Singosari dan Wonojati seperti menjahit, konveksi, elektronika,” ujarnya.
Difabel yang memiliki keterampilan itu bisa mengisi pasar kerja di Malang dan berbagai daerah. Saat ini, tiga difabel telah bekerja di Dinsos P3AP2KB. Juga ada banyak difabel bekerja di Bappeda dan Bapenda Kota Malang, perusahaan konveksi, usaha kuliner, perhotelan dan Polresta Malang Kota.
Dalam gelaran Autis Summit, lanjutnya, menjadi ajang bertukar pengalaman dan solusi. Peserta yang kebanyakan orang tua yang memiliki anak autis menyampaikan peran Pemkot Malang dibutuhkan guna memberdayakan para difabel.
Sebab, penyandang Gangguan Spektrum Autis (ASD) membutuhkan perhatian khusus terutama saat orang tua sudah meninggal dunia. ASD ialah suatu hambatan perkembangan yang secara signifikan mempengaruhi komunikasi verbal dan nonverbal, perilaku, dan interaksi sosial.
Bahkan, mereka berbagi cerita bersama narasumber dari Malaysia, bahwa di Negeri Jiran itu tidak memiliki forum disabilitas seperti di Indonesia.
Pada kesempatan itu, 9 orang difabel menerima bantuan berupa subsidi Rp300 ribu dari Pemprov Jatim, serta bantuan peralatan kerja berupa alat memasak dan 2 motor roda tiga.
Reporter/Editor: Bagus Suryo